Paragraf Kedua: Kartini Pahlawan Bikinan Belanda



DOOR DUISTERNIS TOT LICHT, buku karya Mr. J.H. Abendanon
yang berisi surat-surat R.A. Kartini yang di kirimkan kepadanya.

Pengaruh politik etis dalam bidang pengajaran dan pendidikan sangat berperan sekali dalam pengembangan dan perluasan dunia pendidikan dan pengajaran di Hindia Belanda. Salah seorang dari kelompok etis yang sangat berjasa dalam bidang ini adalah Mr. J.H. Abendanon (1852-1925) yang Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan selama lima tahun (1900-1905). Sejak tahun 1900 inilah berdiri sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun rakyat biasa yang hampir merata di daerah-daerah.

Mr. J.H. Abendanon (1852-1925) adalah yang merangkum semua surat RA. Kartini menjadi sebuah buku “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” (Habis Gelap Terbitlah Terang) dan merupakan teman dekat Snouck Hurgronje (Abdul Ghaffar) seorang teologi ahli sastra Arab. R.A. Kartini terlalu kritis untuk pemerintah Belanda apalagi sebagai seorang priyayi, sehingga pemerintah Belanda banyak memperkenalkan orang-orang Belanda untuk mengajari (Baca:Mengawal, meredam dan meluruskan) R.A Kartini diantaranya adalah Dr. Adriani (Pendeta), Annie Glasser (tangan kanan J.H. Abendanon), Estelle Zeehandelaar (Perempuan Yahudi Belanda) dan Nellie Van Kol (humanisme progresif) yang berperan mendangkalkan aqidah dan berusaha mengkristenkan RA Kartini. Maka bisa jadi pemikiran Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar (guru besar Universitas Indonesia) benar dimana “R.A.Kartini Pahlawan Wanita Bikinan Belanda“.

Sementara itu, dalam masyarakat telah terjadi semacam pertukaran mental antara orang-orang Belanda dan orang-orang pribumi. Kalangan pendukung politik etis merasa prihatin terhadap pribumi yang mendapatkan diskriminasi sosial-budaya. Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka berusaha menyadarkan kaum pribumi agar melepaskan diri dari belenggu feodal dan mengembangkan diri menurut model Barat, yang mencakup proses emansipasi dan menuntut pendidikan ke arah swadaya.


-Dikutip dari bahan belajar semester 2, sekolah saya.

Resepsi Sekutu

Debu bedak, aroma lipstick
Untaian-untaian bunga
Rambut palsu bernama sanggul
Kebaya-kebaya mahal
hanya untuk dua jam

Bos sekutu di panggung resepsi
Sedangkan sepasang lainnya
di sisi lain panggung resepsi
Belum sadar diperalat

Makanan asing, dan beberapa khas Indonesia
EO brengsek pengatur segalanya
Suami Bos yang merasa kaisar

Disini, reuni.
Bayi, menjadi pusat reuni.
Dipermainkan saudara-saudaranya
tanpa tahu entah kenapa

Berkumpulnya kami,
dipaksa reuni.
Di Resepsi bedebah tahi.

Sindiran bagi Sekutu

Menghitung beberapa hari lagi
menuju pelaminan.

Grusa-grusu
Grusa-grusu

Sekutu mulai panik.
Memikirkan kepastian yang tidakpasti.
Kami, seakan tak ada.
Tak dianggap.
Tak valid.

Ada yang bisa saya bantu, nyonya?
Ucap lelaki menawarkan ototnya.

Nyonya lebih memilih anak emasnya.
Sungguh nama yang indah,
untuk gadis bermuka universal itu.
Gadis itu membantu semuanya.
Tata meja, letak, masakan, segalanya.

Kau itu anak emas,
atau babu yang merasa di-emas-kan?
Iri si lelaki.
June 18th

Kelayakan titik dibanding koma.

Sudah kubilang,
Titik lebih layak
dibandingkan koma.

Kematian jangan ditakuti,
sekaratlah yang kau takuti.

Siapa yang kau temui saat koma?
Orang-orang berlalu lalang,
merasa kasihan terhadap ragamu.

Siapa yang kau lihat saat mati?
Kau bisa melihat semuanya.
Yang kau sayangi dan benci.
Hidup dan mati.
Nyata dan Maya.

Koma untuk melanjutkan,
suatu yang nantinya titik.

Titik memang pengakhir.
Tapi akan dilanjutkan huruf Kapital.
Tanda berlanjutnya kehidupan.

Sudahlah,
Titik lebih layak.

Idiot, isn't he?


Sepertinya sebulan terakhir. Saya merasa ada beberapa hal yang sama dengan manusia ini. Mulai dari tekanan hingga nasib yang hampir sama.


Tingginya frekuensi 'numpang' di rumahnya perlahan-lahan keluarlah beberapa cerita-cerita, sampai pada titik dimana kami berdua gila. Dimana banyolan-banyolan kami menjadi sangat busuk.


Sosok yang lebih tua dari usia asli memang terkadang punya dua sosok dalam diri orang itu. Dia memang lebih sering menunjukkan sosok goblok nya dibanding sosok lain dirinya. Nah, itu penyebabnya dia lebih suka dibuat menjadi bahan banyol teman-temannya.
Jika konsep tentang pahala benar adanya, aku yakin dia akan masuk ke surga lebih dulu.
Konsep pahala,
  • Upah dari kebaikan di dunia adalah pahala.
  • Kebaikan misalnya,
    • memberi yang kurang
    • membantu (semampunya)
    • membuat orang lain senang << inti dari konsep.
Mereka senang, mereka akan tersenyum. Mereka sangat senang, mereka akan tertawa. Emosi positif yang sangat kelihatan sejak kita lahir. Kebanyakan dari mereka (orang tertekan) selalu membutuhkan sosok seperti dia. Kenapa sekarang sangat banyak acara TV berkaitan dengan komedi? Mereka butuh refreshing sesaat, walaupun harus merusak mata mereka karena radiasi televisi.

Dia lebih sering membiarkan mereka menertawakan dirinya. Sejak saat itu gerak-geriknya selalu diperhatikan beberapa orang, yang nantinya akan menertawakannya juga.

Tapi.. Apakah pernah sempat berpikir, apakah komedian juga pernah/sering tertekan? Tentunya! Hidupku yang penuh cela-banyolan ini terkadang tertekan oleh hal dimana tidak seharusnya ada dalam tempat yang cocok. Aku mengibaratkan, job desk yang salah. Jika beberapa guru wali pernah ngrasani di belakang bahwa celetukan ku selalu membuat suasana pecah, maka sejak saat itu aku percaya. Hidupku cuma numpang di panggung komedi.
Lalu, jika saya tertekan, bagaimana dengan manusia berpahala banyak ini? Dia juga manusia, dia juga tertekan. Pernah dan sering. Tuntutan hidup yang semakin tinggi dengan celaan, banyolan yang terkadang tidak di saat yang tepat membuat komedian amatir ini tertekan di beberapa saat. Dipikirkan, direnungkan, sampai dia butuh waktu untuk melupakannya lalu melanjutkan job desk nya di dunia ini.

Terkadang di beberapa waktu yang tidak kusangka. Sosok dewasanya keluar. Pernah memberikan hal-hal yang tidak pernah kudengar, selain kalimat-kalimat macam magic mushroom nya.
Entahlah..

Mungkin teori dan konsep yang ada di otaknya lebih rumit dari hal-hal yang ada di cerebrum kita. Lucu. Rumit. Lalu bagaimana kedua hal ini bisa tercampur dalam otaknya? Lucu lebih simpel. Sedangkan hal-hal Rumit, kupikir tidak bisa diterima di otaknya begitu saja. Seakan-akan otak nya seperti memiliki alat untuk memproses lebih canggih dari milik kita. Membuat hal Lucu dan hal Rumit, menyatu seperti koloid. Dispersi lucu dalam rumit, atau malah rumit dalam lucu.
Di beberapa waktu juga dia tidak bisa menerima kerumitan yang orang lain buat, tapi ketika dia melontarkan kerumitan menurutnya, kita jarang bisa mengerti.


Dialog ini yang sering terngiang, teringat.

"Orang pintar itu kasihan. Otaknya bekerja lebih keras daripada yang seharusnya. Nah, otak bekerja keras itu bikin usianya lebih pendek daripada seharusnya. Cepet mati. Berarti dewe uripe bakal dawa! (berarti, kita hidupnya bakal panjang umur!)"

"Iyo, tur kesuwen.." jawabnya singkat.
(iya, tapi kelamaan.)




He isn't idiot. He just different with others.