Mendung

Indah semuanya indah tak berbatas. Jangan bayangkan semuanya hina. Kehinaan itu tercipta karena kita berpikir itu hina. Apa kau tahu kalau ada orang-orang yang menganggap hina, tapi dari kehinaan yang mereka anggap ada sebagian orang lain menganggap kehinaan itu indah.

Susah?
Sepertinya aku perlu mempermudah. Ada orang yang benci takut terhadap ruangan luas, Agoraphobia. Sedangkan sebagian orang beranggapan luas itu menyenangkan.

Aku menulis di hari dimana sejak pagi sampai nanti langit gelap terpenuhi awan mendung yang bersesakan dalam angkasa yang luas. Angin berjalan terburu-buru membuat kita melihat ranting pohon kecil terhuyung-huyung ke utara. Debu berterbangan, tapi tidak menyakitkan. Batu pun bisa tergeser karena ulah angin yang kemrungsung. Di mana pukul sebelas yang seharusnya terang kadang panas menjengkelkan membuat kamarku masih gelap dan memerlukan sumber cahaya dari lampu yang biasa berhubungan dengan arus AC-DC itu.

Ibu ibu pasti akan takut mengeringkan cucian bajunya di pagi ini karena mereka takut kehujanan. Ayah ayah juga takut beraktifitas seperti membenarkan sesuatu di luar rumah karena takut ada apa-apa nantinya. Anak anak terlalu nyaman dengan tivi dan semakin sejuknya rumah.

Di sini aku menikmati pemandangan dari celah sempit tak seluas ruangan di kamar ini. Menyelesaikan lalu berlari menghela nafas di luar. Mengharap mendung ini selalu hadir di setiap hari. Setidaknya sehari ini.

Aku menyukainya mencintai mendung pagi ini. Kalau kau beranggapan kau gelap kau mendung, aku menyukaimu mencintaimu.

akhir november

bahagia di masa kecil yang ideal itu ...

Zaman oh jaman.


play ini untuk menemani kau membacanya

Jujur orang sepertiku tak bisa mengikuti lagi zaman yang semakin penuh dengan kebobrokan yang dianggap sebagai ke-wah-an mayoritas di dunia ini. Gadget yang selalu keluar, produksi rokok serta alkohol yang semakin banyak jenis nya, kendaraan-kendaraan yang saling berlomba dalam inovasi. Tapi sepertinya tidak akan jauh-jauh ketika aku bekerja. Sama saja aku muna karena memang kemunafikan yang diutamakan di dunia ini.

di masa kau terlahir
orang-orang berpapasan berinteraksi mengenakan topeng topeng duniawi yang membuat mereka beranggapan akan membuat nyaman setiap individu yang mereka jumpai. Kata kata manis pujian hiburan biasa mereka ucap semuanya demi kepentingan mereka masing masing. Kau terlahir di masa maha muna.

Ketika aku berbahagia dalam masa kecil, bensin yang murah bagi masa kini tidak membuat kami--anak kecil--bertindak yang aneh-aneh. Satu liter bensin merupakan sangu yang sangat mewah di kala kecil saat itu. Bocah yang biasa jajan seharga satu liter bensin atau lebih selalu kuanggap mereka adalah bocah yang lebih makmur daripada ku.

Ketika aku berbahagia dalam masa kecil, kendaraan paling gahar adalah sepeda. Dimana muffler yang paling sangar adalah bekas gelas air mineral yang di selipkan di sela sela rangka dan ban pada sepeda itu. Dimana freestyle paling keren ketika kami bisa mengayuh dengan cepat lalu berbelok sambil mengerem. Namanya ngepot.

Ketika aku berbahagia dalam masa kecil, gadget paling canggih adalah rengekan. Saat dimana teriakan sedih, air yang keluar dari mata dan hidung dapat membuat orang tua kami mengeluarkan uang setidaknya seharga satu liter bensin agar dapat membuat kami tenang dan tidak lagi merengek.

Ketika aku berbahagia dalam masa kecil, game terindah merupakan permainan bola di kampung. Tanpa alas kaki, bola plastik, dan segala kekuatan tubuh untuk menunjukkan diri bahwa kitalah orang yang paling kuat paling jago di sepakbola tarkam itu. Dan ketika usai, kami pulang dan menunjukkan setiap kapalan, luka bahkan kuku jari kaki yang terkelupas dan berdarah kepada ayah. Lalu Ayah akan kagum atas segala kebodohan yang kami anggap sangar itu.

Ketika aku berbahagia dalam masa kecil, fesyen terpopuler masa itu adalah aparel yang dijual di swalayan terdekat dari rumah. Celana 3/4 merupakan celana terlaris kala itu, semakin gombrong semakin kamu terlihat paling keren dari bocah-bocah yang lain. Kala itu kami tidak pernah iri dengan label di kaos bocah lain, yang ada hanyalah kami iri karena kami belum punya yang seperti itu. Belum ada masa kami ingin semakin mengungguli masa kami ingin menjadi trendsetter. Kami masih terlalu mainstream.

Ketika aku berbahagia dalam masa kecil, sosial media tereksis masa itu adalah dolan. Masa ketika perumahan bukan semacam penjara bagi bocah bocah di masa kini. Masa ketika kumpul-kumpul di pinggir jalan bercanda saling pukul dalam tawa masih belum mendapat stigma: gondes, mendes, kimcil, koncil. Masa dimana kami jahil jahilnya. Masa dimana pertemanan belum di dunia maya. Masa dimana teman itu nyata.

Ketika aku berbahagia dalam masa kecil, jahil merupakan kejahatan tersering bagi semua bocah. Masa dimana bullying dilakukan dengan langsung. Masa dimana bullying dilakukan dengan tidak bersembunyi di balik kata mention, reply.

Ketika aku berbahagia dalam masa kecil, makanan yang datang setelah dipesan langsung dimakan dengan tidak melupakan doa sebelumnya. Masa dimana belum mengupload foto makanan ke internet bukanlah ritual sebelum makan di masa kini. Masa dimana generasi kami bukan generasi pamer.

Selalu saja generasi menghakimi generasi. Generasi selalu bangga akan generasinya sendiri. Jangan menyangkal karena ada masa dimana generasi mu lebih baik dari generasi di bawahmu, generasi mu merupakan jelek di mata generasi atasmu.
Karena kita selalu beranggapan semakin canggih dunia ini semakin memburuk generasi selanjutnya. Di mata kita.

Leveled Up!

Terima kasih. Pelukan dingin dari udara dini hari dan beberapa gigit-gigit kecil serangga, disini kurayakan hal yang tak biasa kurayakan.

Aku tak biasa merayakan tanggal ini. Aku tidak begitu suka, karena hari-hari sama saja. Apa ada yang berbeda? Mungkin teman-teman yang mengucap, mungkin juga teman-teman yang memalak, mungkin juga teman-teman yang tak acuh.

Apa yang kupikirkan setiap tanggal ini adalah saat dimana sudah genap tiga ratus enam puluh lima hari aku berusaha hidup di dunia muna ini. Konflik, kritik, pelik. Membosankan. Sudah berapa kali aku mengatakan bahwa hidup ini mulai terlihat membosankan? Cuma cekikik-cekikik bersama teman-teman yang membuatnya tidak begitu terlihat bosan. Tapi tetap sejatinya bosan. Bosan.



Lucu tak, kalau saja ada hal yang membuat jam ku berhenti berputar? Baterai habis, korsleting? Terbanting?

Anggap

Aku bukan lelaki yang layak dikagumi. Aku cuma ingin dianggap seperti angin. Dingin. Ada. Aku binatang, cuma binatang. Anggap saja aku ada. Jangan pernah menginginkan ku karena aku binatang liar yang tak layak pelihara. Jangan pernah mengelukanku karena aku bukan Tuhan mu yang layak kau puja.

Aku cuma lelaki penuh pencitraan.

Anggap, Aku ada, saja.