Unfinished Business Lady

Sekali-kali dari semua orang yang suka menggambar, pasti pernah membuat gambar yang menyeramkan. Deadly creepy creature. Mungkin banyak warna merah pekat yang memastikan gambar tersebut menyeramkan. Tetapi tetap keren.

Mari kuceritakan beberapa hal.. Pernah sekali ketika aku kecil, aku mendengar cerita dari teman perempuanku yang Indigo. Kemampuan untuk melihat hal-hal diluar frekuensi visual dan pendengaran dari manusia biasa. Dia sering berbicara dan terkadang tertawa kecil ketika kelas sedang dalam kegiatan belajar mengajar, bahkan tidak memperhatikan penjelasan. Anehnya ketika dia diminta maju ke depan kelas untuk mengerjakan dia tetap bisa mengerjakan, dan benar. Aku pernah bercerita tentang Dia dengan guru pengampu setelah kelas selesai, kata beliau jawabannya di papan tulis sama persis seperti yang dikerjakan di laptop guru pengampu! Bahkan berikut langkah-langkahnya pun sama. Lalu saat pre-test, Dia mendapat nilai nol. Apa mungkin sang teman ini melihat ke laptop beliau dan memberitahukan ke Dia.

Suatu hari saat aku sendirian di teras ketika hujan deras. Aku tak sengaja memikirkan Dia. Mungkin saja memang kita punya teman yang berbisik. Teman yang selalu berbisik, berusaha membantu memberikan jawaban. Teman yang berbeda frekuensi. Frekuensi visual dan pendengaran. Karena aku tidak punya frequency converter, maka aku tidak bisa berhubungan dengan 'nya'. Melamun ku lalu dikagetkan oleh adikku yang sedang kutemani menggambar. Iseng, aku mengambil beberapa pensil warna. Mulai menggambar di beberapa kertas yang sudah menjadi bola-bola kertas di lantai, karena adikku tidak menyukainya. Aku mengambil sisi sebaliknya karena masih bersih dari coretan, walaupun iya, sudah lusuh. Lalu aku mulai menggambar dan melamun.

Lamunan ku ternyata tidak menganggu sisi otak kiri ku untuk menggerakkan tangan ku menggambari kertas lusuh tersebut. Sudah terlihat berbentuk gambarnya. Seorang gadis, dengan mata pekat. Berlubang. Bola matanya hilang. Tercungkil. Lalu aku melanjutkan dengan mengambil pensil warna merah. Memberikannya darah di sekitar matanya seperti menangis. Menangis darah. Adikku berteriak menghentikan keseriusanku menggambar 'nya'. Adikku suka, katanya. It looks cool!!

Ayah dan Ibu datang, bertepatan dengan hujan yang mereda. Lalu matahari juga berubah warna menjadi oranye.



It looks like there's something pretty odd with that doodle. Aku merasakan beberapa kejanggalan seperti beberapa malam adikku yang masih bayi menangis di tengah malam. Anjingku, Lou, menggonggong pada jam 3 pagi. Dan beberapa kali Ayah mengeluh karena laptopnya suka memutar lagu syahdu. Ayah cuma bilang, sepertinya ada virus yang mengganggu laptopnya. Tapi aku tau ini janggal.

Aku merasa sudah menciptakan sesuatu yang jahat. Suatu hal yang sangat satanik. Aku mulai mencari gambar itu. Ada di laci meja belajar adikku. Aku membuangnya. Meremasnya gambar itu dan melemparnya jauh ke pohon di depan rumah. Lalu aku melanjutkan tidurku malam itu. Tapi tetap saja aku merasakan gadis itu seperti mencoba menemaniku. Ingat? Seperti 'teman' Dia di sekolah? Mungkin saja gadis itu mencoba berbisik padaku. Bertanya, dimana bola matanya? Atau, kenapa darah nya tidak kunjung berhenti? Atau kenapa aku tidak menemaninya bermain.

Beberapa hari kemudian, Ibu mencoba memetik jambu air di depan rumah. Ajaib saja kata Ibu, biasanya ini belum musimnya untuk berbuah. Tapi siapa tau ada faktor alam yang menyerbuki putik nya? Setelah keranjangnya penuh, Ibu mencuci nya dengan air, lalu menyajikannya untuk makan siang. Adikku sudah tidak sabar memakannya dan mengambil jambu air itu satu untukku dan satu untuknya. Lalu dia menangis keras, karena seluruh buah yang berada di mulutnya hanya belatung. Dan.. itu.. sangat banyak. Lalu seluruh belatung keluar dari bekas gigitan di jambu tersebut. Ibu langsung membawa adik ke kamar mandi. Membersihkan mulutnya, dan mencoba membuatnya tenang. Sedangkan aku mencoba membuka satu per satu jambu yang berada dalam keranjang, dan ternyata benar. That's all maggots in the inside all of this, Mom! I'll toss it to the trash!

Gambar itu ada di bawah keranjang.






Mungkin aku harus membakar gambar itu. Karena aku tau, dia tidak bisa kembali tanpa perantara. Dan perantara itu adalah gambarnya.









Inspired by this comic.

Bunyi yang Menggebu-gebu

Di saat partai politik ataupun organisasi aktivis saling mencari dan menonjolkan pemimpinnya yang menggebu-gebu, aku kenal seseorang.

Bunyi.
Nama gadis yang kukenal itu bernama Bunyi. Suatu nama yang indah tetapi tidak wajar menjadi sebuah nama. Tak masalah sih, kenapa tidak? Keluarganya berasal dari keluarga seniman. Ibunya penyanyi kafe di dekat stasiun kota, adiknya salah satu kontestan perlombaan menyanyi di televisi swasta. Ayahnya? Dalang. Keluarga itu amat-teramat-sangat terkenal di kota kami. Dusun ku, dusun yang amat pelosok pun sangat mengagungkan mereka. Terlebih ketika berpapasan di jalan raya dan melihat Volkswagen kodok dengan cat bunglon, kemudian mereka--kami akan terkagum-kagum dengan mereka. Para Lelaki akan berdecak kagum sedangkan perempuan tak henti untuk mengelu-elukannya. Sayangnya, Bunyi, oleh Ayahnya sendiri tidak di anggap. Kenapa? Karena dia bisu-tuli. Sungguh fakta yang membuat keluarga Dalang ternama ini ternodai karena ada salah satu anggota keluarganya yang tidak bisa mendengarkan nada dan tak bisa bernyanyi, bahkan untuk menggumamkan harmoni saja tidak indah.

*

Aku kenal dengan gadis ini baru-baru saja. Dia mengikuti salah satu pelatihan di pabrik tempatku berlatih. Bunyi memiliki paras yang sangat elok untuk ukuran seorang gadis. Tapi dengan keterbatasannya dia sering tidak terpilih dan diikutkan dalam acara-acara yang sebenarnya dia bisa ikuti. Dia memiliki IQ yang kurasa cukup untuk kukatakan dia jenius seperti BJ Habibie. Kejadian dia 'dihindari' ini sangat jelas terlihat ketika dia mendapat tugas untuk menjaga kamar alat. Inventaris istilahnya. Ketika karyawan (kulihat) sangat butuh untuk segera mengganti tool nya, mereka lalu memilih untuk tidak jadi mengganti, atau menunggu sampai petugas kamar alat yang asli (bukan trainee) datang lagi setelah dari kamar mandi. Kulihat Bunyi teramat geram dengan peristiwa itu. Lalu dia melakukan bimbingan konseling dengan Pater yang mengurus kebijakan dia dilatihkan. Blabla sampai akhirnya Bunyi tetap mau menjadi trainee di pabrik kami.

Sehabis aku dari toilet saat istirahat, seperti biasanya Bunyi selalu sendirian menunggu di bangku panjang depan kamar mandi. Menyandarkan kepalanya di meja, lalu seperti menggumamkan umpatan-umpatan. Pernah, bahkan sering aku berpikir begini:
  1. Apa umpatan tersendiri bagi kaum bisu? Apa ada, maksudku.
  2. Ketika ada kasus: tiga orang bisu-tuli, salah satunya dibenci, bagaimana cara mereka ngrasani?
  3. Yang terakhir, apakah orang bisu-tuli bisa saling membenci orang bisu-tuli?
Karena menurutku, mereka itu saling membutuhkan. Seperti orang-orang obesitas yang saling menjaga satu sama lain ketika mereka berlari. Bagaimanapun juga mereka berusaha untuk menghadirkan Simbiosis Mutualisme di hubungan mereka. Aku mengamati mereka. Aku sering mempelajari mereka. Karena sebenarnya mereka mampu, cuma terbatasi.

Setelah aku merasa kasihan dengan gadis secantik itu yang terbuang, aku memberanikan diri untuk berbincang-bincang dengannya. Berbahasa isyarat tepatnya. Aku coba memahami setiap kata yang diperagakan oleh bibirnya sama seperti ketika dia serius menatap mulutku yang komat-kamit tak henti-henti. Sembari ku fokuskan mata ku ke gerakan bibirnya aku bertanya,

"Apa kamu punya masalah di tempat ini?"
Iya, dan itu sangat mengganggu ku sekali.
"Seperti apa masalahnya?" Lalu dia bercerita panjang lebar mengenai semua masalahnya.
Ayahku adalah seorang Dalang. Kau tahu pekerjaan Dalang?
"Ya, dia bertugas untuk mengendalikan dan mengatur laju pewayangan"
Tepat sekali. Dia memiliki suara yang merdu, sehingga Ibu terkesima lalu memutuskan untuk bersama dengan Ayah. Lalu setelah berkeluarga, dan memiliki Aku, Ayah memutuskan untuk membuat keluarga nya adalah keluarga seni menyanyi. Tapi Aku, Bunyi, pada saat aku kecil, aku mengalami panas tinggi yang teramat panas. Amat panas, bahkan sampai dokter klinik pun bingung aku mau diberi apa atau diapakan. Kemudian aku berangsur-angsur sembuh dari panas itu. Lalu entah kenapa semenjak sembuh dari sakit, aku tidak bisa mengeluarkan suara.
"Iya juga! Aku punya tetangga yang menjadi gagu setelah panas tinggi."
Nah, tetanggamu itu masih beruntung karena dia masih bisa berinteraksi.
"Ya, bahkan dia masih bisa dan cukup lancar untuk menggumam di paduan suara." Tapi tiba-tiba Bunyi menangis.
Itulah permasalahannya!
Bunyi semakin diam tangisnya. Dan aku harus bertanggungjawab karena teman-teman karyawan melihatku di depan Bunyi, dan membuatnya menangis. Lalu kuajak dia melanjutkan rutinitas karena bel istirahat karyawan sudah 'mengiung' barusan dan berjanji untuk melanjutkan ceritanya nanti.

*

Aku mencoba menyusul Bunyi karena aku sudah berjanji untuk melanjutkan mendengar/mengamati cerita nya. Karena dia lebih dulu pulang, aku mencoba untuk bertanya dimana alamat kos nya. Setelah aku tahu dan ternyata cukup dekat dengan kos ku pula, aku langsung ke sana. Di perjalanan aku berpikir ternyata bisa juga orang yang bisu-tuli bersahabat dengan non-bisu-tuli. Mungkin aku saja yang terlalu membedakan mereka. Atau malah pengajaran di rumah dari kecil dan pendidikan yang memisahkan orang normal dan orang 'luar biasa' ke dua jenis sekolah yang berbeda? Ini salah siapa?

Sesampainya di kos Bunyi aku berusaha memanggilnya dari depan gerbang. Kuteriakkan namanya sampai dia keluar. Dan mungkin aku terlalu bodoh karena aku kelupaan dia gadis bisu-tuli. Tapi aku tetap berteriak memanggil, setidaknya sampai teman kos nya keluar. Aku menunggu dan ternyata ada gadis lain datang mengendarai motor, membuka gerbang, lalu dia memarkirkan motornya dan bertanya. "Ada apa ya, Mas?" Setelah kujelaskan bahwa aku mencari Bunyi, ternyata aku boleh-boleh saja langsung masuk untuk bertemu dengan Bunyi. Sayangnya, dia sedang tidak di kamar (setelah kuintip dari jendela). Kuputuskan untuk tetap memasuki kamarnya dan memutuskan menunggu di dalam, siapa tahu dia sedang di kamar mandi.

Kamarnya cenderung berantakan dibandingkan kamar gadis lain. Bukan maksud, aku sering masuk tanpa ijin ke kamar-kamar gadis tapi kan begitu ya? Kamar perempuan akan selalu lebih rapi dan indah dipandang. Lalu kutemukan keganjilan bahwa ada notebook warna hitam legam dengan bercak darah di sampulnya. Mungkin saja itu memang desain dari notebook yang dibuat dari pabrik tapi kenapa juga harus ada darah kering di beberapa halaman? Buku itu ternyata diary, dan aku membuka beberapa halaman hingga halaman terakhir yang penuh tetes darah. Apa dia melakukan semacam ritual? Karena dia belum kembali dari kamarnya yang tidak dikunci sampai sekarang. Atau ... ? Bisa saja dia doyan dengan makanan saren? Bisa saja kan? Makanan dari darah ayam yang dibekukan, lalu di goreng. Atau bisa saja ... ? Sudah lah, itu tidak mungkin. Toh tidak ada karyawan pabrik yang benci dengan dia. Cuma menghindari dia, itu setahuku.

Halaman itu baru ditulis hari ini. Begini, mari kubacakan.

Selasa, 15 Juni 2004

Hari ini adalah hari ke empat belas aku magang di pabrik. Sempat kuingat kembali bahwa tujuan dari Bruder yang menyuruhku untuk melakukan training adalah supaya kaum tuna rungu (salah satu nya aku) kompeten dalam bidang teknik. Karena untuk meneruskan cita-cita Hellen Keller yang ahli fisika teoritis, lalu untuk penerapannya bisa dilanjutkan di bidang teknik olehku. Begitu. Tapi hari ini adalah puncak kesabaran ku karena karyawan disana membuat mataku marah. Jelas saja, bagaimana tidak? Sudah jelas di depan mata bahwa aku lah yang kebagian jatah untuk menjaga kamar inventaris, kenapa mereka selalu menghindar dan mengurangi kontak dengan ku? Padahal aku mampu! Aku bisa mengganti alat, mencari bahkan mengembalikan ke tempatnya sesuai dengan drawer yang sudah ada label catatannya. Aku ini cuma bisu-tuli! Aku bukan idiot bahkan imbecile. Aku waras! Bahkan IQ ku cukup untuk menantang B.J. Habibie dan Albert Einstein. Einstein! Stein nomor Ein itu! Muak aku muak!

Tadinya aku cukup senang sewaktu ada salah satu karyawan yang mencoba bertanya ketika aku menangis di bangku panjang dekat toilet itu. Kami bercakap banyaaaak sekali, sampai segala nya kuceritakan padanya. Dia membelikan ku coklat waktu itu. Coklat di kantin. Aku bercerita akan problema yang kuhadapi ketika aku menjadi inventaris. Ketika semua karyawan menghindari untuk bercakap denganku lalu lebih memilih Pak Mur untuk mengembalikan tool atau alat potong. Kuceritakan juga tentang keluarga seniman ku yang terkenal. Tapi apa salahnya sih kalau anak dari penyanyi dan Dalang yang mahir menyanyi menjadi atau meneruskan cita-cita Keller? Aku tau, aku yang paling digadang-gadang karena aku anak sulung. Bunyi Merdu Swastiastu sungguh nama yang sangat berat karena dari arti nama itu jelas-jelas Sang Dalang menginginkan anaknya mendampinginya menjadi sinden atau setidaknya meneruskan bakat istrinya. Lalu setelah penyakit panas luap-luap itu, dan diagnosa aku menjadi bisu-tuli, adik ku lah yang di gadang-gadang. I Rama Dentum. Setelah diagnosa dan realita ketika aku menjadi 'benda mati yang hidup', Ia lahir setahun itu. Sangat jelas terlihat kan? Dimana Sang Dalang kecewa dengan timang-timang sinden nya yang bisu. Lalu sejak saat itu, aku menjadi orang yang sangat sensitif. Sensitif ketika aku terlihat mengecewakan seseorang. Karyawan yang berdecak "ck...." lalu menghindar itu memiliki respon yang sama ketika aku mendapat minggu jenguk. Sang Dalang akan datang bersama keluarga seniman nya, melihat sulung nya sudah menunggu di ruangan lalu berdecak "ck...." dari jauh. Kemudian dia mulai menceritakan I Rama dari awal sampai pertemuan kami. Tak lupa juga ia bercerita kenapa aku bisa menjadi bisu-tuli sebagai sarana untuk menyindir ku karena aku mengecewakannya. Kesensitifanku hari ini juga tak terkontrol, karena Karyawan yang menghiburku itu bercerita tentang tetangga di perumahannya yang memiliki anak terkena panas tinggi lalu menjadi gagu. Aku tidak suka dengannya.

*

"Eh Bunyi, tadi ada yang mencari mu.."
Oh si gadis Indigo. Hai! Siapa yang mencariku?
"Tadi ada lelaki, sepertinya salah satu dari karyawan tempat kamu magang."
Oooh. Seperti apa dia?
"Transparan.."













NB: clue nya, cobalah untuk blok daerah yang terlihat kosong di sebuah percakapan (tulisan dengan tanda petik) lalu kau akan sepenuhnya tahu bagaimana percakapannya.
-Syarbel

Yohanes 19:27

Dari teman ku yang kehilangan ceria nya sekian waktu lalu.


-teruntuk gadis yang sepihak-

Aku melihat gadis kecil
menggenggam ketidakpastian mendongkrak di bawah pohon randu
Seperti kukenal garis dan air mukanya
Tatap kosongnya melemparkan aku
pada luka menahun yang menepuk-nepuk pipi dan mimpi

"Salam ya buat ibumu" Katakan
bahwa si pecundang kalah, kini
makin payah dalam sesah
Ibumu mujur, karena hukum jujur,
dia meninggalkan aku

Kamu manis, seperti janji ibumu.
Tak keliru, janji lahir jadi gadis
dengan lubang farji.
Kukira dulu kita bisa selamanya,
tak tahunya itu hanya imaji imaji yang
sukses mejangkit kepalaku.

"Salam ya buat ibumu" Katakan
bahwa dia sukses mempecundangi
idealisku yang kritis, persis di depan
mukaku yang berlapis sesal, ironi
yang nyaris

Kamu sadis, seperti mulut ibumu
Tak keliru, kamu calon sosialita
yang magis
dan tak mungkin berjodoh dengan
penulis
yang hidup dari butir-butir kata
yang hampir habis

"Salam ya buat ibumu" Katakan
bahwa aku
menagih cinta yang dihidupkannya di
dadaku
yang dengan sepihak, dihentak dan ditolak
setelah banyak berontak, kini ia retak

Gadis itu hanya tertunduk lesu
Menyulam air mata darah yang keluar
dari danau kata bernama mata
Jarinya bergetar dan giginya gemertak menahan karma

1 Juni 2015
bersama beberapa pekerjaan yang direlakan

Agustinus Rangga


Ayat yang menjadi judul tersebut memiliki arti yang teramat sangat intens bagi temanku. Karena dari ayat itu, temanku merelakan--menyerahkan, apa yang dia miliki, untuknya. Eloi eloi lama sabachthani.





















"Inilah Ibumu"
Yohanes, murid kesayangan Yesus,
diserahkan ke Ibunya.
Maria.

Sabda tentang Kehadiran Yesus yang Kedua Kalinya

Mahesa.


Namaku Mahesa Utara. Nama yang diberikan oleh Ayah untuk mengenang halaman rumahnya waktu kecil. Ayah bilang, dia terlalu banyak berpindah-pindah tempat. Ayah juga bilang bahwa jika kita ingin mengerti arti rumah, merantaulah lebih jauh dari rumah. Mungkin kala aku dilahirkan, Ayah sudah mengerti arti rumah. Aku dan kamu mungkin masih belum tahu artinya. Tapi masih banyak waktu sampai akhir hayatmu nanti. Maka kita harus lekas mencari. Kita sebaiknya harus lekas pergi jauh dari rumah, begitu kan pikirmu? Bodoh! Kemauan untuk pergi dari rumah sama saja sepeti pikiran dari anak Punk yang trending pada jamannya. Pemikiran yang cethek. Kemauan untuk pergi, lebih tepatnya kemauan untuk melarikan dari rumah. Pergi dari rumah berarti, pergi untuk membawa suatu cerita atau apapun ketika kita kembali ke rumah. Cerita tentang susah-sedih, senang dan membanggakanmu akan kau bagikan bersama penghuni rumah. Ibu, Ayah dan saudara-saudaramu. Pergi dari rumah juga melewati pertimbangan finansial serta emosi oleh orangtua mu. Pertimbangan yang bisa saja membuat orangtua mu tidak tidur dalam tiga hari atau seminggu dan bahkan sebulan sebelum kepergian mu. Emosi yang hampir sama saat pernikahan. Saat tradisi sungkem diadakan. Perasaan tidak tega untuk melepas bocah kecilnya hidup sendiri merantau di tanah orang yang kejam dan tidak seindah yang di iklan kan di media, sosial maupun dari mulut ke mulut.

Mahesa Utara adalah nama yang memalukan untuk dunia yang modern seperti ini. Terlebih di abad seperti ini. Bocah-bocah pribumi di zaman ini sudah menggunakan nama kekinian; James, John, Abigail, Gordon, Lisa, Milly. Nama-nama yang biasa digunakan oleh anak-anak dari etnis berkulit kuning. Nama-nama yang digunakan oleh anak-anak yang lahir dengan kekayaan orang tuanya.  Tapi kekinian itu kelawasan di barat. Orang-orang Barat sudah tidak menggunakan nama mainstream seperti itu lagi. Tapi Ayah tetap bersikeras memberi alamat tempat tinggal masa kecilnya sebagai namaku. Sebagai gantinya masa kecilku penuh dengan olok-olok dari teman-teman. Pernah aku malu memperkenalkan diri dengan nama Mahesa. Lalu aku memutuskan tidak menjawab. Sampai, otak dan mulutku bersekongkol untuk membuatku semakin malu dengan nama itu. "Maut. Namaku Maut." Lalu seluruh orang yang belum mengenalku menjauhiku tanpa ingin tahu lebih dulu. Maut. Mahesa Utara. Otakku mengambil 2 awalan di setiap nama. Ma dan Ut. Mungkin itu akan terlihat lebih keren, tapi tidak. Itu terlihat terlalu psikopat untuk orang-orang era ini.

*

Avel Krustofsky, adalah pengusaha dari Russia yang memiliki mimpi-mimpi terwujudkan. Ia hidup dari mimpi-mimpinya. Di masa kecil, Avel dan adik perempuannya kehilangan kedua orangtua nya di bencana alam yang mengerikan. Ia melihat kematian orangtua nya dengan mata kepalanya sendiri. Lalu dari kejadian itulah, Ia perlahan-lahan naik untuk membuat dunia melihat dirinya dan program-program nya tentang keselamatan bencana alam. Bahkan Avel berani mengutarakan bahwa dirinya memiliki bahtera yang lebih canggih daripada milik Nabi Nuh. Sayangnya, media hanya mengetahui 3 W sederhana. Who, siapa yang memiliki; tentu Avel. What, apa yang Avel buat; sudah diutarakan Avel yaitu Bahtera. Dan Why, mengapa Avel membuat bahtera itu; karena salah satu kejadian tragis masa kecilnya. Tapi keberadaan bahtera itu tidak dijelaskan lebih lanjut oleh Avel, dimana dan berapa, atau bagaimana.

Dari kesuksesan seorang lelaki pasti ada sangkut paut perempuan hebat dibelakangnya. Sosok perempuan dibelakang pengusaha kaya raya dari Russia, Avel, bukanlah istrinya. Melainkan adik perempuannya yang selalu menemani sejak mereka berdua kehilangan orangtua mereka di bencana alam yang tragis tersebut. Mereka berdua adalah orang yang sulit sekali ditemui oleh pihak media maupun pihak resmi dari negara. Sulit memang. Tapi pertemuan-pertemuan bisa saja diatur oleh adik perempuannya. Mereka memang sulit diajak untuk berkomunikasi dengan pihak lain. Menggunakan pengibaratan, Avel adalah Allah yang memiliki dan bisa melakukan segalanya. Sedangkan saudarinya, adalah Nabi yang menyampaikan apa yang ada dalam pikiran Allah nya. Apa-apa saja yang disampaikan saudarinya ke "Allah" nya, lalu dikehendaki oleh Avel, akan terjadi. Seperti memberi makan satu daerah pasca bencana dalam hitungan jam, bantuan pembangunan kota dalam hitungan hari, dan lain sebagainya.

Dengan proses yang panjang dan merintis dari bawah perlahan-lahan bersama dengan saudarinya, Avel menjadi manusia dengan kepala termahal. Berdasarkan majalah-majalah bisnis di enam tahun terakhir, Avel lima kali berturut-turut menjadi pengusaha zillionare mengalahkan para pengusaha billionare lainnya. Bayangkan ketika kamu seorang Avel Krustofsky? Kamu memiliki total jumlah kekayaan dengan menambahkan kekayaan-kekayaan para sainganmu di bawah peringkatnya. Kabar dengar kabar, Herschel Krustofsky tersangkut kasus narkoba dan sekarang menjadi buron. Kakaknya, Avel, baru mengetahui berita tersebut ketika bahtera nya selesai dibuat. Dan keberadaan Herschel masih tidak bisa dicari. Dengan Avel yang kehilangan adiknya, lengkap sudah penderitaan Avel. Setelah itu, sosok Avel Krustofsky menghilang dengan sekejap. Otomatis media tidak bisa mencari, yang notabene menggunakan Nabi-nya, Herschel sebagai perantara untuk bertemu dengan pengusaha kaya raya itu.



Tapi... pihak polisi dan segala agensi tidak menyahihkan bahwa Herschel adalah buron karena narkoba.

*

"Mahesa? M-ma-mahesa .. ?"
Menyebalkan sekali jika kita bangun tidur dan ada orang di hadapan kita yang sok kemrungsung, iya kan? Menyusahkan.
"Mahesa? Kamu sudah sadar?"
Sadar apanya? Macam orang pingsan saja. Aku baru bangun tidur jadi tolong agak kecilkan suaramu. Anyway, ini jam berapa ya?
"Kamu tertidur dua hari, Mahesa.. Kamu baru saja melakukan operasi."

Astaga, jadi beberapa mimpi ku tentang kegaduhan disekitar tempat tidurku itu nyata? Mungkin karena aku terlalu acuh untuk mengerti atau memahami suatu peristiwa. Tapi jujur aku juga terasa begitu lelah. Mungkin dosis anestesi yang diberikan padaku terlalu nikmat kurasakan. Biasanya, segala macam anestesi yang diberikan oleh dokter, maupun penjahat yang mencoba melakukan suatu hal buruk padaku tidak akan ampuh. Sejak kecil, anehnya, aku suka bermain dengan alkohol, sampai obat tidur. Pernah Ibu memisahkan aku dari obat-obatan berbahaya itu, tapi efeknya aku tertidur (atau mungkin koma?) selama tiga hari! Untuk di era ini hal-hal macam itu sudah biasa dan lumrah adanya. Zaman dimana anak-anak kecil masuk berita karena media televisi kehabisan hal yang membuat heboh dan menutupi beberapa kasus internal negara. Sesepele media telivisi yang menayangkan acara pernikahan dari siraman sampai pesta megah sang selebriti untuk menutupi kasus korupsi para pejabat negara yang mempunyai nama besar. Sama halnya dengan beberapa bocah itu, aku salah satunya. Bocah umur 3 tahun yang menjadi perokok berat. Bocah doyan makan kerikil. Kerikil doyan makan bocah. 

"Ada seseorang yang menyerangmu tiba-tiba saat kita saling obrol."
Jadi kamu gadis yang menemani aku di taman kota dini hari itu?
"Iya.. Orang itu mabuk. Lewat ke arah kita lalu menghantam mu di bagian belakang kepala. Apa kamu punya masalah dengan dia?"
Sebentar.. Darimana kau mengetahui nama ku?
"Please.." gadis itu menggelengkan kepalanya. "Aku harus membawa mu ke rumah sakit terdekat dan aku tidak tahu namamu? Bodoh sekali aku? Aku tahu dari tanda pengenalmu."
Jika tanda pengenal ku membuatmu mengerti namaku, apa kau melihat tanda pengenal orang yang menghantam kepalaku?

Dering ponsel gadis itu berbunyi tetiba. Lalu tidak sempat dia menjawab pertanyaanku, kemudian dia keluar untuk menjawab panggilan. Sekitar 30 menit aku memilih untuk tetap terkapar, karena kepalaku tidak kuat menahan nyeri perih yang berulang-ulang. Setelah selesai menjawab panggilan ponselnya, gadis itu terlihat terburu-buru masuk untuk menyalakan televisi di hadapanku agar aku setidaknya ada kegiatan ketika aku beristirahat di ranjang, dan berpamitan dengan tergesa-gesa. "Aku akan kembali, aku pergi sebentar," katanya.

Berita yang ada di televisi cuma diulang lagi dan lagi, itu dan itu, ini dan anu. Tapi ada satu berita yang selalu sama sejak awal ada berita di televisi dari dulu hingga sekarang. Agama yang memecah belah. Imbuhan me- atau ter- sepertinya sama saja. Karena adanya Agama akan memecah belah, kepercayaan yang diajarkan akan membuat kita terpecah belah. Aku bukan seorang atheis tapi aku percaya tentang Tuhan yang mengutusku untuk hidup di dunia ini. 

"Selamat pagi. Newsflash pada pagi hari ini adalah tentang ..."
orang yang berteriak-teriak di pinggir kota. Menjelaskan tentang imbuhan me- dan ter- yang disebabkan oleh Agama yang kita anut sekarang ini. Agama yang sudah berusia berpuluh-puluh abad. Karena orasi nya yang meracau, orang itu ditahan oleh pihak berwajib sekarang ini. Tidak hanya menjelaskan kebobrokan kita, dia seperti sedang kesurupan suatu hal yang satanis atau keillahian? Kita belum tahu. Karena jika kau mendengar racauan orang yang mengaku sedang berbahasa roh, kau mendengarnya sebagai satanis tapi mereka berkata sebagai hal yang keillahian. Lalu ketika orang itu digebuki oleh polisi dan hampir mati, dengan sisa kekuatannya dia berkata.

"..akan ada yang datang dari timur pegunungan dengan pucuk berwarna putih. Membawa perdamaian bersamanya, mengajarkan cara berdoa yang baru. Orang-orang kelaparan akan dikenyangkan. Orang-orang sakit akan percaya, lalu sembuh atas dasar imannya. Pengikutnya akan semakin bertambah seiring dia melewati satu daerah ke daerah lain. Tuhan ku, Tuhan mu dan kita, Tuhan yang satu yang menciptakan kita, bukan Tuhan yang kita ciptakan, akan menyertainya."


Lalu kebebasan pers yang mereka anggap terlalu bebas menyorot orang tadi. Lalu mati. Nabi itu, mati.

Menulis itu ...

Jadi ...

Artikel ini sebagai pengganti salah satu cerita yang selalu update tiap bulan. Niatnya oh niatnya setidaknya akhir Mei 2015 sudah selesai. Tapi menurutku, aku tidak janji dan kurang berani untuk publish cerita itu. Karena apa .. ?

Karena, satu. Cerita susah selesai. Sebabnya aku menaruh dialog disitu. Dan dialog adalah salah satu kelemahanku dalam menulis. Kepiawaianku menulis dan membuat cerita di blog ini biasanya tentang keluh kesah atau cerita tentang pengalaman. Mengajak pembaca aktif berpikir bahwa dari tulisanku, aku mengajak pembaca berkomunikasi. Entah sudah begitu atau dalam tahap seperti itu aku kurang mengerti, karena kalian pembacanya.

dua. Akhir Mei 2015 adalah minggu terakhir. Minggu terakhir yang menjadi awal Ujian Praktek kenaikan tingkat ku di kampus ini.

Kenapa awal Mei tidak dicicil?
Bro, menulis tidak semudah itu. Kelihatannya menulis itu gampang. Mudah kalau pekerjaan mu sebagai penulis. Ibaratnya begini. Kamu sering mencaci maki guru, dosen, atau pengampu mu kan? Pengajar yang selalu memaksa kita untuk mahir apa yang dia ajarkan. Guru kimia selalu menuntut kita untuk mendapat nilai bagus di mata pelajarannya. Sedangkan kita masih dituntut pengampu fisika, sutradara teater, pelatih futsal dan berbagai macam kesibukan kita. Aku, berharap aku bisa menyelesaikan tulisan itu jika aku penulis. Harapanku, menulis satu artikel tiap bulannya, kemudian ku tumpuk jadi satu lalu ku ajukan ke publisher, semoga jadi novel. Pikirku......

Ada juga alasan dimana penulis selalu membutuhkan ritual. Ada penulis yang butuh rokok sebelum menulis. Itu yang simpel. Rumitnya, sampai ada pujangga yang harus dan meminta mesin ketik untuk melanjutkan maupun menghasilkan karya. Nah, aku, di segi ini, menulis dengan caraku, harus menulis dengan template blogger. Dan mungkin lagu tentu yang paling berpengaruh. Terkadang sepi sampai ramai band pengisi playlist lagu ku juga pengaruh.

Lalu ....?
Lalu untukmu, teman, menulis ada cara yang dasarannya kamu miliki. Id. Bukan Ide. ID. Identity. Ada penulis yang selalu memiliki inspirasi tentang cinta dan komedi, Raditya Dika misalnya. Atau perbedaan dan cinta yang menyemenye warna merah jambuajingan, Dwikaliantahulah orangnya. Atau Ayu Utami dalam seri Bilangan Fu yang mengisahkan tentang protes 98 (pada masa nya). Djenar Maesa Ayu, dengan sexist nya. Edgar Allan Poe, dengan cerita thriller, phsyco-analitik nya. Aku, (yang kata teman ku) seluruhnya tentang penyesalan hidup, kematian, serta kemurungan pada tokohnya.

ID, identity, itu bisa didapat dari refleksi hidup. Jadi gini, aku sosok orang yang susah mendapat apa yang aku ingin. Tidak gampang jika aku menginginkan sesuatu. Aku harus bermimpi, preparing, berjuang, lalu gagal. Lalu biasanya, tahap selanjutnya, legowo. Aku orang yang sudah terlalu legowo untuk menerima bahwa apa yang aku inginkan tidak bisa kudapat. Jadi wajar-wajar saja aku membuka olx.co.id lalu cuma seperti sekedar melihat galeri sebuah pameran virtual. Yang keywords apa di situ hanyalah sekedar pepinginan ku.

Jadi misal, kamu adalah sosok yang--anggaplah--mengerti wanita. Dari banyak mendengar curhat teman-teman perempuan mu, menasehati segala permasalahan yang ditanyai oleh mereka. Tapi kisah cintamu tidak bisa segampang yang kamu bilang ke teman teman curhat mu.

Misal lho bro............




Udah yee? Besok (28 Mei) Mulai ujian praktek mesin.

Van Gogh diatas Paramount Bed

Setelah turun di stasiun yang akan mengantarku lebih dekat jaraknya ke rumah, aku membaca brosur itu berulang-ulang. Sama seperti ketika kita buang air besar dan kita tertarik untuk membaca keterangan di balik botol sabun atau shampoo. Bahkan dalam perjalanan tidak ada yang tergagas--ku anggap. Mungkin saja aku telah melewati pengemis yang tersungkur kedinginan di bawah lampu trotoar perlu selimut untuk melawan dingin, atau aku melangkahi pra-mayat yang merintih setelah digebuki oleh perampok malam. Aku bukan tipe orang yang begal-able, sodom-able, atau berbagai able yang ditakutkan oleh orang orang. Penampilanku tidak memikat. Itu salah satu alasan mengapa aku tidak pernah mengalami kejadian buruk pada malam hari. Salah dua nya, aku tidak memiliki pasangan hidup sampai umur ku sekarang ini.

Kakiku melangkah ke antah berantah. Ke suatu tempat dimana angin menghembuskan tulang berkulit ini. Sambil berpikir tentang keganjilan di halaman parkir stasiun. Wajar saja karena taksi, becak, ojek di stasiun itu entah kenapa selalu enggan mangkal di malam hari. Mungkin saja karena pemikiranku tentang kemungkinan-kemungkinan kereta malam yang akan 'meramaikan' suasana malam bisa terjadi kapan saja. Kereta malam yang saling tabrak, lalu terjadi ledakan dan membuat suasana hingar bingar. Para asongan, kaki lima, dan pedagang yang sudah membayar penuh warungnya di stasiun itu kehilangan modal atau barang dagangan yang menjadi modal, kata mahasiswa akuntansi. Dan masing-masing dari mereka berharap dagangannya masih layak jual agar keturunannya dapat meneruskan hasil jerih payahnya yang sudah dirintis bertahun-tahun. Sangat bertentangan dengan keadaanku. Aku tidak pernah akan bisa menjadi seorang businessman, wiraswasta, atau pekerjaan apapun yang harus dirintis lalu diserahkan pada keturunannya di akhir hayat. Bagaimana bisa aku menjadi orang macam mereka kalau kalau tidak ada janin? Iya kan? Janin perlu sperma dan telur untuk ada. Aku punya sperma, tapi telur? Bisa saja, kalau aku hermaprodit? Hermaprodit? Manusia yang memiliki dua kelamin? Bocah-bocah akan gilo atau tertawa mendengar istilah itu. Kamu--mereka, makhluk itu, harus mengalami rasa sakit menstruasi setiap bulan sebelum merasakan puncak kesakitan sunat. Lalu ketika ulang tahun ke delapan belas, makhluk itu sudah legal berhubungan badan dengan lawan jenis. Lawan jenis bagaimana kalau misal dua-dua nya di miliki satu orang? Dua kelamin, satu orang? Apa nikmatnya hermaprodit berhubungan badan dengan makhluk yang sama sekali tidak mempunyai kelamin? Ya kan? Manekin? Bisa kau pikirkan betapa susahnya memasukkan batang itu ke dalam lubang di bawahnya. Batang yang tegang di atas, harus di tekuk dahulu ke bawah lalu hermaprodit baru bisa di sebut berhubungan sendiri.

"Amalgamated ya.. ?"
Suara dari belakang menyentakkan tubuhku. Aneh saja, biasanya tak ada orang di jam jam malam seperti ini. Dan aneh juga, ada orang yang mendekatiku. Aku kan sudah bilang, kalau aku tidak rupawan, penampilanku tidak memikat. Jadi pantas saja kan kalau aku bertanya tanya? Toh siapa tahu dia orang penting yang tersesat di sekitar sini.

"Dapat darimana brosur itu?"
Anu.. seseorang di stasiun.
"Iya kah? Aku juga naik kereta! Kamu juga naik kereta malam terakhir kah?"
Kedua sebelum terakhir.
"Yaah, aku kira kita satu jadwal kereta.. Tapi.... um.. kereta mu satu jam lebih awal dari kereta terakhir, lalu mengapa kamu masih di sini?"
Aku sedang mencari kesunyian.
"Di taman seperti ini? Malam malam seperti ini? K-...."
Dini hari. Sela ku memotong omongannya.
"Oh iya, dini hari. Kenapa?

Gadis ini terlalu cerewet. Dia ingin tahu apa saja dari orang yang ia temui, ia lihat, dan ia kagumi. Tapi aku tidak mengagumkan, katanya. Aku misterius. Siapa orang yang sedang berjalan santai di malam gelap nan sunyi, di taman remang tanpa bunyi? Pikirnya. Aku sih wajar-wajar saja, karena rumahku terlalu ramai. Bukan kondisi rumahku yang tidak kondusif. Ayahku bukan seorang pemabuk yang akan datang di pagi-pagi buta, lalu Ibuku menyambut muntahan dari lelaki tersayang nya yang mengarah ke wajah Ibu. Bukan. Melainkan Bapak dari lain rumah yang sering memuntahi apa saja ke Ibuku. Ibuku yang selalu menunggui suaminya yang berteman dengan larut. Tetapi bajingan berbau alkohol itu yang setiap kali tidur di sofa ruang tamu rumah kami.
Bapak itu semi-pengangguran. Istri dan anaknya lari dan hidup dengan orang lain yang lebih dari Bapak ini. Rumahnya yang di sebelah rumah ku sudah tidak bisa untuk menonton TV dan kegiatan sewajarnya. Perusahaan listrik sudah mencabutnya karena dia tidak pernah membayar uang bulanan. Pekerjaannya hanyalah menunggu suatu tren kejahatan baru yang selalu ditampilkan oleh berbagai stasiun televisi di dunia. Aneh kan? Peran TV sekarang sudah berbeda. Berita-berita yang di tampilkan untuk khalayak umum bersifat mendidik dan menghibur. Tapi jika berita yang ditampilkan segalanya adalah tentang kejahatan, ulah-ulah manusia yang ingin membunuh manusia dengan berbagai macam makanan campuran bahan kimia jahat, apakah peran televisi masih untuk mendidik dan menghibur? Ya. Masih. Mendidik para calon penjahat baru, dan menghibur para psikopat yang sudah terlalu jenuh dengan volume manusia yang terlalu banyak di Bumi. Jadi intinya aku sering hidup serumah dengan penjahat bajingan satu itu. Tapi dia tidak pernah menerapkan kejahatan apapun ke keluargaku. Dosa sekecil apapun. Berbohong sekalipun dia tidak pernah melakukannya. Pernah suatu hari dia pulang ke rumah kami dalam keadaan sempoyongan dan menangis. Ia bercerita semua ke Ibu tentang kriminalitasnya waktu itu. Ia merampok satu gadis yang lewat di jalan sepi dekat jalan besar. Lalu setelah mengambil semua barangnya dan ingin membuang jasadnya, ternyata yang dirampoknya adalah anak gadisnya yang dibawa istrinya hidup dengan lelaki lain. Baru satu-dua hari ini rumah kami kehilangan kehadiran bajingan satu ini.

"Siapa namanya?"
Norris. Namanya terlalu keren untuk kisahnya yang begitu.
Seperti apa ...

*

Kepala ku pening. Nafasku terengah-engah tetapi jantungku berdegup lemah, dan sungguh, terlalu sakit untuk membuka mata terlalu cepat karena aku bertemu gadis yang tidak mungkin bisa kutemui di dunia nyata. Gadis yang bisa dibilang terlalu kurus untuk ukuran gadis lain dan dia terlalu proporsional jika disandingkan berdiri maupun duduk bersamaku. Gadis dengan rambut sebahu, gadis dengan kacamata frame sedang berwarna hitam yang lesung pipitnya membuatku merana ingin bertemu dengannya lagi. Gadis yang ingin segera kutulis dan analisis dalam mimpiku di notes milikku. Bukan diary tapi sebuah catatan. Notes, notebook. Buku kecil seukuran smartphone, dengan cover kulit sintetis berwarna hitam. Seperti catatan perjalanan yang dimiliki semua pelancong. Sebut aku tidak penting? Tapi apa kamu tahu pelukis terkenal abad 19 dia melukis ketika terbangun dari tidurnya. Demi ingin mengabadikan mimpinya. Lalu kau akan semakin menyebutku gila. Karena banyak orang menyebut Van Gogh pelukis gila. Iya benar dia gila karena epilepsi lobus temporal nya yang menyiksanya. Tapi apa memang cukup dengan epilepsi yang membuat pelukis itu bunuh diri dan memotong telinga nya? Apa kau tahu, untuk kematian satu orang, lebih dari 150 psikiater dari penjuru dunia berkumpul dan berdebat, lalu menghasilkan setidaknya 30 diagnosis penyakit yang berbeda? Schizoprenia, bipolar disorder, syphillis, keracunan cat, epilepsi, malnutrisi, kelebihan kerja, insomnia, alkoholik dan poryphyria akut. Apa diagnosis itu kurang untuk membuat orang terkenal kala itu menjadi gila dan membunuh dirinya sendiri?

Kelopak mataku akhirnya terbuka dan aku melihat cahaya absurd yang bergerak cepat dari bawah kelopak mataku menuju atas lalu menghilang dan digantikan oleh cahaya lainnya yang datang dari bawah. Seluruh badanku perih dan pegal. Apakah aku terjatuh dari tempat tidur? Ku tak tahu. Lalu perlahan lahan aku melihat keramaian di sekitarku. Mereka berlari menuju suatu tempat bersama sama. Menarik tubuhku dan tempat ku terbaring. Mungkin saja ini masih mimpi tapi aku tak peduli. Nafasku menjadi lemah, mungkin karena sosok gadis yang kutemui itu membuat otakku menjadi rileks dari terbangunnya aku secara tiba-tiba setelah bermimpi. Tapi rileks ku bisa saja karena sebab lain. Bisa saja karena visual yang kulihat memang benar? Aku seperti berada dalam satu ruangan dimana lima orang mengelilingi tempat tidurku. Dua di sisi kanan, dua di sisi kiri, dan satu di sisi atas kepalaku. Lalu perlahan-lahan pandanganku semakin kabur. Bulu mataku membuat visualku meremang, abu-abu. Sepertinya aku masih terlalu lelah. Aku akan melanjutkan istirahatku, aku tidak akan memperdulikan mereka. Mungkin mereka hanya 5 dari orang yang hadir di mimpiku. Mungkin setelah ini aku akan terbangun. Setelah... ini...




"Mahesa, kamu harus kuat ya..."

Ngecesan..

"nanti kalo aku ngidam nggak kamu penuhin, anakmu jadi ngecesan lho..."

Ada dua hal yang bisa diambil sebagai penjelasan. Bocah ngecesan adalah manusia dengan kelenjar air liur nya memproduksi lebih dibanding bocah-bocah lainnya. Atau, bocah ngecesan bisa saja bocah biasa yang memiliki kelenjar ludah normal tetapi mudah menginginkan sesuatu. Maksudku, seperti kita melihat-tertarik pada sesuatu lalu kita terperangah, ndomblong, lalu rahang kita yang terlalu lama ngowoh lupa menelan air liur yang di produksi secara normal tadi. Aku keduanya.

Aku mudah menginginkan sesuatu. Makanan misalnya. Aku tidak suka berpikir sambil mengunyah tapi aku suka mengunyah sambil berpikir. Smartphone misalnya. Dibandingkan teman-teman lain dengan ponsel pintar masing-masing, aku cuma sebatas pinjam ponsel teman karena ponsel bodoh ku tidak bisa dibenahi lagi. Setidaknya masih bisa berkabar via sms atau telpon. Ketika ada promo suatu ponsel pintar yang dijual lebih murah dibanding harga asli, langsung saja aku lapor Ibuk. Ibuk sebagai pemegang mutlak ekonomi keluarga. Ibuk mengiyakan, sambil bertanya-tanya ini-itu. Lalu aku pekewuh mengerti ekonomi keluarga kami. Membiayai dua anak kuliah di luar kota. Membenahi rumah yang lapuk termakan waktu, dan berbagai macam. Lalu aku bilang tidak jadi saja. Rasah tuku sik. Kataku.

Aku lumrah-lumrah saja sejak kecil mungkin beberapa barang yang aku inginkan tidak semuanya kudapatkan dengan percuma. Dengan matur lalu esok hari ada di tangan. Sampai, aku sempat berkata, "kalau aku minta apa paling-paling ditanggapi, di bahas sambil gojek, aku teringat, lalu yaa.. tidak jadi." Ya, akhir-akhir ini aku sering mengurung niat untuk nembung ke Ibuk tentang checklist yang ada di kepala ini.


"Bukan gituuu, Ibuk tu lagi nabung buat mbeliin kamuu..."

"Ah enggak. Ibuk tu lagi nabung buat aku kuliah. Kerja, lalu beli sendiri."

Lelaki yang Hidungnya Lepas

Pernah kah kamu berpikir kalau seandainya kita bisa melepas organ tubuh kita lalu menggantinya dengan organ cadangan yang kita simpan di sebuah koper kulit berwarna hitam yang selalu kita simpan di suatu tempat sejuk 15 sampai 25 derajat Celcius sesuai dengan keterangan pada setiap label organ itu? Percaya kah kalau ketika kepala kita nyeri atau lengan kita perih karena luka, perusahaan yang memproduksi organ organ cadangan dalam loker steril itu mengiklankan bahwa sejatinya organ yang kita miliki hanya butuh istirahat? Lalu dalam iklan itu menganalogikannya dengan kartun pada era awal milenium, kartun hewan aneh dengan macam elemen yang tersimpan dalam sebuah bola tiap hewannya. Saat masuk dalam bola, hewan itu beristirahat dengan tenang dan memiliki waktu untuk recovery, kemudian dia siap digunakan lagi. Tersentak kah kamu kalau di setiap organ ada chip di sisi dekat pusat untuk mengawasi kita? Atau yang mereka sebut dengan "mengamati kinerja produk kami yang anda pakai" seperti di iklannya? Setuju kah kamu kalau semua itu terjadi?
Ini masih pertengahan dimana semua terjadi. Tetapi kelak, aku yakin, sepuluh tahun lagi, organ ini sudah terkenal dan akan memperalat umat manusia.

*

Aku berada dalam perjalanan pulang dari kantor menaiki kereta larut malam karena hujan deras menahanku sebelumnya. Kereta larut memang cenderung sepi. Mungkin saja penumpangnya takut mati dalam kecelakaan transportasi karena sang masinis bisa saja sudah sangat lelah menahan kantuk. Aku mendengar alasan itu dari kolega baru di kantor. Dia bocah yang periang. Selalu saja senyum ia umbar dimana saja. Tapi baru-baru ini aku dengar bahwa ada gosip tentang apa yang selalu dikatakan nya ialah nonsense. Tapi bisa saja alasan itu diterima, kan? Jika saja sang masinis sangat ngantuk lalu entah bagaimana bisa tangan untuk mengendalikan laju kereta terantuk menuju ke kecepatan maksimal, melaju makin cepat, orang orang di dalam terombang ambing lalu satu persatu terpental keluar dari gerbong mereka masing masing. Itu kemungkinan (lagi) yang pertama. Tapi bisa saja dengan kecepatan maksimal lalu kereta menabrak lokomotif dan gerbong yang sedang mengangkut penumpangnya di stasiun. Lalu keadaan stasiun menjadi panik, terbentuklah sebuah kerumunan baru dengan tujuan yang berbeda. Para asongan berdoa, "ya Tuhan apapun yang terjadi semoga saja daganganku masih bisa diselamatkan dan masih layak jual. Agar esok, entah aku yang selamat atau jika aku tidak selamat, anakku bisa melanjutkan berdagang di lapak ini." Dan setelah dua kemungkinan itu terjadi, berkumpul lah segala awak media di tempat kejadian, entah itu di tengah suatu ladang lapang yang entah berantah ataupun di stasiun yang banyak lapaknya itu. Mereka mulai memberitakan hiperbola dari sebuah tragedi ini. Demi apa pun yang sedang terjadi dalam pemerintahan. Demi segala nya untuk menutupi kebobrokan negeri ini. Demi apa pun yang terjadi. Apa pun. Yang terjadi.

Masuklah lelaki dari gerbong sebelah. Mungkin saja dari gerbong nya yang sebelumnya dia terganggu akan orang yang ... yaaaah .. kau tahu ada banyak jenis orang baru di larut malam seperti ini. Mari kita mengimajinasikan kemungkinan lagi. Pertama, larut malam biasanya identik dengan suatu hal yang gelap. Kelam. Kehidupan orang yang gelap dan kelam biasanya identik dengan alkohol. Tapi ada dua jenis orang lagi tentang alkohol. Alkohol mahal dan alkohol murah. Johnny Walker, Jack Daniels, nama-nama orang itu yang mereka minum jika mereka punya uang. Sedangkan Ciu, Tuak, Cukrik, nama aneh itu yang mereka konsumsi jika tak punya uang--atau ingin mati cepat. Kedua, mungkin saja ada orang dengan efek pasca-mabuk di gerbong sebelah. Entah muntah, entah tidur tak sadar dengan setengah telanjang, lalu lelaki itu terganggu, lalu memutuskan untuk pindah di gerbong ini.

Perawakannya seperti pekerja kantoran di umur menjelang kepala lima. Wajah yang kusut-bingung karena jika dia tetap di kantor, dia akan penat, tapi jika dia pulang rumah dia akan memulai pertengkarannya lagi bersama keluarganya. Ciu, tuak, cukrik mungkin bisa jadi opsi untuknya. Dia menenteng sebuah koper kecil warna hitam dan slingbag warna gelap. Aku sulit membedakan apakah itu biru donker atau memang hitam. Lalu lelaki itu memijit ubun-ubun nya perlahan dengan jempol dan telunjuk kanan nya. Tangan kirinya mendekatkan koper ke pelukan badan lelaki tersebut. Sejenak ia mengeluh, lalu memutar mutar roda kode pada koper miliknya untuk mengambil sesuatu di dalam koper itu. Sepertinya penting. Sangat penting. Karena tetiba ia berlagak seperti teroris yang ingin mengatur bom waktu untuk misi jihad sekte nya. Obeng pun keluar dari koper itu pertama kali. Anehnya obeng itu diarahkan ke dalam hidungnya. Bisa saja orang ini sedikit autis, pikirku kala itu. Tapi dengan berputarnya obeng di satu tempat yang sama, lalu keluar satu-dua sekrup dari dalam hidungnya dan tetiba hidungnya seperti mau lepas dari tempatnya, aku mulai panik saat itu. Bisa saja kan orang ini bukan manusia tetapi Terminator yang selalu berkata "I'll be ba-k" dalam setiap kepergiannya? Tapi robot Terminator itu menepati janjinya, dia selalu kembali sesuai yang dikatakannya. Tidak seperti Bang Toyib yang belum karuan pulang jam berapa, kapan, tahun kapan, lebaran ke berapa pulangnya. Lalu dalam sekejap dia melepas hidungnya, membersihkan ingus hijau susu dengan vacuum cleaner yang berasal dari koper nya, dan hidung baru untuk menggantikan hidung yang kotor sebelumnya.

"Terkejut?"
Dunia sekarang semakin canggih. Tapi ya, saya terkejut. Bukankah Amalgamated akan merilisnya setahun atau lebih lama lagi untuk penyempurnaan?
"Sebenarnya produk kami sudah sempurna..."
Oh jadi lelaki ini bekerja di Amalgamated?
"...cuma tinggal produksi massal saja. Kami dalam tahap pengumpulan dana dari rumah sakit yang memerlukan produk ini secepatnya."
Apakah .. Iklan iklan sudah mengotori dunia?
"Mengotori? Tidak tidak! Amalgamated belum mengeluarkan iklan resmi untuk produk ini. Hanya saja pers yang mengunjungi dan mewawancari kami sudah menyebarkan kabar-kabar burung ke khalayak umum..."
Tolol sekali ya orang ini?
"..tapi belum ada iklan resmi untuk hal ini."

Lalu tangan keriputnya menjulurkan brosur kecil. Kesimpulan dari isinya tentang replacable human body organ yang "kabar burung nya" belum mengotori dunia, kataku dengan sarkasme. Organ organ ini hanya sebagai barang untuk menggantikan sekejap, sementara organ asli mendapatkan perawatan di dalam koper. Organ asli mu akan sangat sangat nyaman. Dan akan kembali seperti kamu memilikinya di pagi hari....

"Ilmuwan selalu berusaha yang terbaik untuk ras manusia, nak. Tapi terkadang mereka terlalu ingin melampaui kehendak Tuhan.."

..setelah organ mu sembuh dari letih lelahnya, kita dapat mengembalikan organ asli milik kita ke tempat semula. Ini seperti kita bermain sebagai tokoh manusia dalam kartun pada era awal milenium itu. Kartun dimana hewan aneh dengan berbagai elemen yang tersimpan dalam sebuah bola tiap hewannya. Saat masuk dalam bola, hewan itu beristirahat dengan tenang dan memiliki waktu untuk recovery, kemudian dia siap digunakan lagi.

dipermalukan

ketika diremehkan, aku akan membuktikan. ketika aku dipermalukan, aku akan tertawa. tertawa yang makin keras ketika aku dipermalukan. karena aku dipermalukan. malu. malu, kan? lalu aku merasa diriku lucu. karena dipermalukan. malu, kan? malu. lalu? lalu aku tertawa lagi makin lantang..

Mas, kencingi aku

Di depan toilet, termangu petugas kebersihan yang menunggu dengan muka memelas tapi ambigu. Di muka pintu WC pria, dan terbiasa mencium bau dari urinoir yang sudah dari dulu tak tergantikan, sampai-sampai keramik di urinoir tersebut berkerak oleh kerasnya berbagai macam cairan yang keluar dari banyak penis lelaki yang mampir di terminal itu. Mulai dari kencing atau mungkin saja nanah raja singa yang sering mampir di hotel sebelah terminal. "Sanggar pakenthon niku, mas.."

Tapi dia sudah terbiasa dengan bau keras garam itu. Bahkan baginya bau kencing itu sudah sebagai oksigen baginya, walaupun masih amoniak bagi khalayak umum.

tirtonadi, 15 mei 2014

Lucifer secantik Uma

"...lalu Allah membuang Lucifer ke bumi dan kehilangan segala semarak kecantikannya menjadi iblis yang sangat buruk." [red]

seperti Uma yang dikutuk Syiwa ?

Kekuasaan yang dimiliki Batari Durga adalah memberikan segala bentuk perilaku jahat kepada orang yang memujanya. [1]