Yohanes 19:27

Dari teman ku yang kehilangan ceria nya sekian waktu lalu.


-teruntuk gadis yang sepihak-

Aku melihat gadis kecil
menggenggam ketidakpastian mendongkrak di bawah pohon randu
Seperti kukenal garis dan air mukanya
Tatap kosongnya melemparkan aku
pada luka menahun yang menepuk-nepuk pipi dan mimpi

"Salam ya buat ibumu" Katakan
bahwa si pecundang kalah, kini
makin payah dalam sesah
Ibumu mujur, karena hukum jujur,
dia meninggalkan aku

Kamu manis, seperti janji ibumu.
Tak keliru, janji lahir jadi gadis
dengan lubang farji.
Kukira dulu kita bisa selamanya,
tak tahunya itu hanya imaji imaji yang
sukses mejangkit kepalaku.

"Salam ya buat ibumu" Katakan
bahwa dia sukses mempecundangi
idealisku yang kritis, persis di depan
mukaku yang berlapis sesal, ironi
yang nyaris

Kamu sadis, seperti mulut ibumu
Tak keliru, kamu calon sosialita
yang magis
dan tak mungkin berjodoh dengan
penulis
yang hidup dari butir-butir kata
yang hampir habis

"Salam ya buat ibumu" Katakan
bahwa aku
menagih cinta yang dihidupkannya di
dadaku
yang dengan sepihak, dihentak dan ditolak
setelah banyak berontak, kini ia retak

Gadis itu hanya tertunduk lesu
Menyulam air mata darah yang keluar
dari danau kata bernama mata
Jarinya bergetar dan giginya gemertak menahan karma

1 Juni 2015
bersama beberapa pekerjaan yang direlakan

Agustinus Rangga


Ayat yang menjadi judul tersebut memiliki arti yang teramat sangat intens bagi temanku. Karena dari ayat itu, temanku merelakan--menyerahkan, apa yang dia miliki, untuknya. Eloi eloi lama sabachthani.





















"Inilah Ibumu"
Yohanes, murid kesayangan Yesus,
diserahkan ke Ibunya.
Maria.