Quadragesima

Masuk sudah kita ke masa Pra-Paskah. Masa dimana kita menyesal, ikut merasakan penderitaan, dan sebagai persiapan berkabung bagi kaum Kristiani.

Sebenarnya sebutan untuk perayaan kaum Kristiani ini sungguh ambigu, rancu dan membingungkan. Kenapa bisa? Pertama kita dari kecil sudah mengerti bahwa ada perayaan Paskah dan masa Pra-Paskah. Bagi orang Indonesia, Paskah mempunyai arti yaitu sesudah. Sedangkan Pra adalah sebelum. Contoh riil nya kita sudah fasih mendengar tentang itu di operator seluler. Ada Pra-bayar yang berarti sebelum, berarti sebelum kita menggunakan layanan dari operator kita harus membayar dahulu. Sedangkan Pasca-bayar, artinya kita membayar sesudah kita menggunakan fasilitas operator tersebut.

Nah, anehnya. Kita sebagai orang Kristiani harus mencoba berpikir arti sebenarnya Pra-Paskah yang dimaksud. Apakah yang dimaksud Sebelum-Sesudah? Apa maksudnya? Contoh bodohnya kita bersendawa sebelum makan, kita cebok sebelum buang air besar. Aneh kan? Aneh ya...

Tapi oh tapi...
Arti sesungguhnya dari Pra-Paskah adalah masa sebelum hari raya Paskah. Bahasa Latin dari Pra-Paskah adalah Quadragesima, yang berarti ke-40. Pra-Paskah masa dimana kita mempersiapkan Pekan Suci dimana kita akan mengenang 3 peristiwa suci Yesus Kristus.

Masa Pra-Paskah juga dirayakan dengan pantang dan puasa oleh kaumnya. Di Indonesia, pantang (wajib) dilaksanakan oleh seluruh umat Katolik berusia 14 tahun ke atas. Wajib berpantang pada hari Rabu Abu, setiap hari Jumat hingga Jumat Suci. Sedangkan untuk puasa Katolik (wajib) dilaksanakan oleh seluruh umat Katolik berusia 18 tahun ke atas, hingga usia 60 tahun. Aksi Puasa Katolik ini wajib dilakukan pada hari Rabu Abu dan Jumat Suci.

Untuk aturan pantang dan puasa, sejatinya Katolik tidak pernah memberikan aturan yang mengikat. Tidak seperti saudara kita yang beragama Muslim yang harus melakukan ibadah puasa lengkap dengan Sahur dan Buka Puasa. Tetapi Katolik cenderung membebaskan aturan berpuasa kepada sang pelaku puasa Katolik.

Saya pernah sih bertanya ke berbagai narasumber, bahwa inti dari Pantang adalah mengurangi nafsu kita. Semisal perokok berat sebaiknya melakukan pantang rokok. Atau mungkin orang yang suka manis, sebaiknya melakukan pantang gula. Atau bocah yang masih suka jajan, sebaiknya melakukan pantang jajan. Toh hasil dari pantang yang dilakukan justru memberikan hal positif. Seperti perokok berat yang (mungkin) bisa berhenti merokok. Anak menjadi berhemat. Dan juga bisa mengurangi potensi diabetes bagi orang yang suka manis.
Itu kalau Pantang. Selanjutnya tentang Puasa Katolik. Puasa kita adalah ibadah yang tidak berat. Makan pun tetap makan. Minum pun tetap minum. Kita sebagai umat Katolik dianjurkan untuk Puasa 1X makan kenyang. Bukan berarti makan hanya sekali, melainkan kita makan seperti biasa, tetapi tidak boleh semua kenyang. Kalau saya biasanya sampai kembung, karena untuk mengganjal lapar saya lebih memilih minum. Susah juga ternyata.

Jadi bisa kita simpulkan bahwa:
1. Pantang dan Puasa Katolik tidak terikat oleh aturan.
2. Pantang dan Puasa Katolik tidak berat.
3. Pantang dan Puasa Katolik boleh diperberat sesuai kesanggupan umat.

Jadi mungkin itu saja sih, cerita-cerita tentang Pekan Suci ini.



Salam! Syarbel!