"Yen kowe ora ketampa ning sekolah kuwi kowe arep mlebu ndi?" Tanya Ibuk takut"Santai wae, yen ra mlebu yo ning Don Bosco."
"Yen kowe ora ketampa ning sekolah kuwi kowe arep mlebu ndi?" Tanya Ibuk takut"Santai wae, yen ra mlebu yo ning Don Bosco."
Cetusan-cetusan Donny Verdian (@dv77), yang secara tidak sengaja adalah om dari temen, ternyata dapat memberi pandangan lagi buat nulis semprotan-semprotan hati.
Dari mulai dulu terinspirasi tulisan banyolnya Raditya Dika, dan terhasilkanlah tulisan-tulisan melow-galow jahanam di blog sebelumnya. Padahal cuma satu gadis saja, bisa menjadi gila dalam menulis melow-galow itu. Brengsek. Emang sih sekarang lebih selow kalau masalah perempuan, (emang ga lagi deket sama perempuan yee) atau dalam kata lain belum laku. Bicara tentang lawan jenis, kasus-kasus kelompok kami hampir sama nasibnya. Walaupun tak semua, tapi anggap saja aku salah satu contohnya. Nasib 'ketikung' itu ngenes. Di satu sisi jengkol jengkel, lain malah ketawa sendiri atas keluputan diri.
Setelah berpikir berulang-ulang, peluangku menjadi kecil setelah hormon-hormon jahanam ini membuatku lebih tua dari aslinya. Enambelastahunsatubulankurangsatuhari (121212) disaat ide dan tulisan-tulisan ini dimunculkan perangkat komputer bernama keyboard. Bayangkan saja kamu berumur enambelastahun dan muka terlihat sekitar duapuluhsembilantahun, setali-tiga-uang dengan misalnya: lagi mau nonton video Sasha Grey malah munculnya video Gangbang dan sama sekali ngga ada Sasha Grey. "I feel like the greatest asshole" seperti kata Daron Malakian, "Aku merasa seperti lubang pantat terbaik" seperti kataku. Anjing.
Mungkin di mata yang lain sosok 'aku' lebih terkesan sering ngumpat. Ini kudapatkan setelah masuk SMA ini. Dimana sering guru-guru berkata bahwa sering misuh itu adalah dampak otomatis yang diciptakan sistem di SMA tersebut. Yah, mana ada cewek yang mau pacaran sama cowok yang sering misuh? Ntar malah jadinya,
"Sayaang, aku mau dong dibeliin ice cream..."
"Bajingaan, lagi wae tak nggo tuku mangan cuk!"
"Waah, kemarin waktu kamu nggak masuk kelas jadi sepii..." - jaman SD
"Asuu, kemarin pas kowe ra mlebu kelas dadi sunyi senyap!" - jaman SMP
"Wah su! Bajingan kowe wingi dadak ra mlebu ngopo cuk! Cen brengsek we!" - SMAAnehnya itu berlanjut terbawa sampai sekarang. Ah, masa-masa itu. Walaupun di SMA ini aku lebih suka menyendiri beberapa saat, dan membiarkan teman-teman tidak boleh dan tidak akan mengerti problema apa yang terjadi di hidupku. Dan ini malah menimbulkan beberapa pertanyaan dan pernyataan yang dilontarkan oleh teman-teman.
Suara manja, poni miring kemerahan itugadis manis pemikat hatikuCaesar! Terlalu sangar untuk gadissebuah nama yang pantas untuk dikagumiHendak aku memilikinyakemudian tertikung semacam pembalapSambaran petir laksana ledekan langitMuncratan air laksana tangis bahagiakebahagiaan pembalap ituAVE CAESAR!ave caesar!Julius Caesar memiliki banyak wilayahdan Caesar yang satu inibukan berperang untuk mendapatkantapi hanya tersenyum untuk mendapatkanHujan deras akhir NovemberPentas kilat awal DesemberLima tahun, satu gadis, diriku29 November 2012
Mungkin hanya beberapa orang yang akan mengerti maksud dari judul yang terpilih itu. Karena saya orangnya phlegmatis dan terkadang melankolis perihal cinta, nah sepertinya blog ini akan kembali ke blog lama lagi. Damn!
Dari pertama ceritanya cuma sekedar cerita dan stimulus yang diberikan cukup nikmat, walaupun sebenarnya respon sebagai kelanjutan stimulus itu terlalu tinggi. Ekspektasi terlalu tinggi, realita nihil. Yaah, namanya juga kasmaran diam-diam, datang perlahan dan mati perlahan.
Gadis yang sejak kecil dimanjakan oleh kelimpahan materi yang dimiliki orang tuanya, mungkin memang belum cocok untuk kaum sederhana-hina macam aku ini. Sebelum kuteruskan perjuangan, dan ternyata malah didahului oleh lelaki yang mungkin satu kaum seperti gadis itu. Kisah-kisah cinta zaman dulu pernah berkata bahwa materi bukanlah segalanya untuk urusan cinta. Holy shit! Untuk ukuran zaman ini? Materi sangat pengaruh terhadap suatu relasi/hubungan yang tercipta.
Penampilan fisik yang terlalu tua, menjijikkan, semacam seorang lelaki berkepala tiga, mungkin juga penghalang. Ada beberapa teman yang usul untuk cari wanita sebaya.. Ya, maksudnya wanita berkepala tiga lebih cocok untuk fisik tua seperti ini.
Pernah berkata bahwa belum mau kembali berurusan dengan cinta, tapi realita berkata lain. Rasanya sekolah homogen dengan para sejenis brengsek terkadang membuat bosan. Well, sekolah homogen, lawan jenis dari sekolah kami terkadang menjanjikan, tapi semua jaim dan akhirnya berakhirlah perjuangan ini.
Tambang, pisau, pistol dan beberapa pelurumasing-masing dari mereka saling berteriakmacam pedagang menawarkan suatu produkFrustasi oleh cintadepresi oleh kasih tak sampaiGadis itu berlimpah materi orang tuanyaSedangkan aku hanya kaum sederhana hinaTawamu, kuharapkanSenyummu, kunantiManjamu, kurinduBulan terlalu biruMalam ini ramaidiramaikan oleh barang-barang yang berteriak di kepala inisemacam para tentara yang kehilangan keluarganyaSama disiniJika kau punya pistol, tembakkan di pelipiskuJika kau punya pisau, hujamkan ke jantungkuJika kau punya tambang, ikat leherku dan gantungkanlah"TOLOL!Terkadang mati tak semudah itu!"Kaumku menyadarkandan sekarang hanya tawa sinis yang ku lontarkanBarang-barang itu akan berguna nantimungkin lain kali
Terbentuklah kelompok hina ini. Berawal dari gang setan, menjadi kelompok gila. Dimana para pikiran tak tersampaikan akhirnya tertumpahkan di dalam dinamika-dinamika kecu.
Kematian memang menakutkan,
Dokter berkata "lima,"
suster menundukkan kepala,
tanda ketakutan atas kematian.
Terkadang,
masalah-masalah yang datang
menguji kesiapan mental
Terlalu bersedih
atas situasi yang selalu menguji,
sang bocah berteriak "TAHI!!"
Penyakit menjadi katalisator,
perlahan menjadi tumor.
"Mungkin mati muda lebih baik,
dua puluh satu kurang satu hari kurasa cukup."
Tetesan air mata atau peluh karena ketakutan sulit dibedakan,
giginya gemertak, badannya panas-dingin.
Hampir collapse!
Busa putih kemerahan keluar,
busa campur darah,
racikan yang tepat oleh tubuh tua itu
seakan memberikan kesan sangar dalam sebuah kematian,
meskipun bocah itu masih enam belas, tanggal empat belas bulan ini.
Penyakit menjadi katalisator,
perlahan menjadi tumor.
Kecerobohan pengendara
pengalaman yang sangat sengsara.
Di satu sisi dia menginginkan kematian itu,
kematian tabu
Hanya tertawa gila,
melihat tetesan darah,
cairan nanah.
Mungkin dia menjadi objek pariwisata,
para pengendara lain hanya linglung melihatnya.
Dimana mereka semua?
kehadiran mahkluk sosial cuma sebatas slogan
Penyakit menjadi katalisator,
perlahan menjadi tumor.
"Akairo shita hakai no utaOwaranai no?
Itsu kara hanbun NOIZU?"~Maximum the Hormone - Zetsubou Billy