Archive for 2015
Bunyi yang Menggebu-gebu
- Apa umpatan tersendiri bagi kaum bisu? Apa ada, maksudku.
- Ketika ada kasus: tiga orang bisu-tuli, salah satunya dibenci, bagaimana cara mereka ngrasani?
- Yang terakhir, apakah orang bisu-tuli bisa saling membenci orang bisu-tuli?
Selasa, 15 Juni 2004
Hari ini adalah hari ke empat belas aku magang di pabrik. Sempat kuingat kembali bahwa tujuan dari Bruder yang menyuruhku untuk melakukan training adalah supaya kaum tuna rungu (salah satu nya aku) kompeten dalam bidang teknik. Karena untuk meneruskan cita-cita Hellen Keller yang ahli fisika teoritis, lalu untuk penerapannya bisa dilanjutkan di bidang teknik olehku. Begitu. Tapi hari ini adalah puncak kesabaran ku karena karyawan disana membuat mataku marah. Jelas saja, bagaimana tidak? Sudah jelas di depan mata bahwa aku lah yang kebagian jatah untuk menjaga kamar inventaris, kenapa mereka selalu menghindar dan mengurangi kontak dengan ku? Padahal aku mampu! Aku bisa mengganti alat, mencari bahkan mengembalikan ke tempatnya sesuai dengan drawer yang sudah ada label catatannya. Aku ini cuma bisu-tuli! Aku bukan idiot bahkan imbecile. Aku waras! Bahkan IQ ku cukup untuk menantang B.J. Habibie dan Albert Einstein. Einstein! Stein nomor Ein itu! Muak aku muak!
Tadinya aku cukup senang sewaktu ada salah satu karyawan yang mencoba bertanya ketika aku menangis di bangku panjang dekat toilet itu. Kami bercakap banyaaaak sekali, sampai segala nya kuceritakan padanya. Dia membelikan ku coklat waktu itu. Coklat di kantin. Aku bercerita akan problema yang kuhadapi ketika aku menjadi inventaris. Ketika semua karyawan menghindari untuk bercakap denganku lalu lebih memilih Pak Mur untuk mengembalikan tool atau alat potong. Kuceritakan juga tentang keluarga seniman ku yang terkenal. Tapi apa salahnya sih kalau anak dari penyanyi dan Dalang yang mahir menyanyi menjadi atau meneruskan cita-cita Keller? Aku tau, aku yang paling digadang-gadang karena aku anak sulung. Bunyi Merdu Swastiastu sungguh nama yang sangat berat karena dari arti nama itu jelas-jelas Sang Dalang menginginkan anaknya mendampinginya menjadi sinden atau setidaknya meneruskan bakat istrinya. Lalu setelah penyakit panas luap-luap itu, dan diagnosa aku menjadi bisu-tuli, adik ku lah yang di gadang-gadang. I Rama Dentum. Setelah diagnosa dan realita ketika aku menjadi 'benda mati yang hidup', Ia lahir setahun itu. Sangat jelas terlihat kan? Dimana Sang Dalang kecewa dengan timang-timang sinden nya yang bisu. Lalu sejak saat itu, aku menjadi orang yang sangat sensitif. Sensitif ketika aku terlihat mengecewakan seseorang. Karyawan yang berdecak "ck...." lalu menghindar itu memiliki respon yang sama ketika aku mendapat minggu jenguk. Sang Dalang akan datang bersama keluarga seniman nya, melihat sulung nya sudah menunggu di ruangan lalu berdecak "ck...." dari jauh. Kemudian dia mulai menceritakan I Rama dari awal sampai pertemuan kami. Tak lupa juga ia bercerita kenapa aku bisa menjadi bisu-tuli sebagai sarana untuk menyindir ku karena aku mengecewakannya. Kesensitifanku hari ini juga tak terkontrol, karena Karyawan yang menghiburku itu bercerita tentang tetangga di perumahannya yang memiliki anak terkena panas tinggi lalu menjadi gagu. Aku tidak suka dengannya.
Yohanes 19:27
Dari teman ku yang kehilangan ceria nya sekian waktu lalu.
-teruntuk gadis yang sepihak-Aku melihat gadis kecilmenggenggam ketidakpastian mendongkrak di bawah pohon randuSeperti kukenal garis dan air mukanyaTatap kosongnya melemparkan akupada luka menahun yang menepuk-nepuk pipi dan mimpi"Salam ya buat ibumu" Katakanbahwa si pecundang kalah, kinimakin payah dalam sesahIbumu mujur, karena hukum jujur,dia meninggalkan akuKamu manis, seperti janji ibumu.Tak keliru, janji lahir jadi gadisdengan lubang farji.Kukira dulu kita bisa selamanya,tak tahunya itu hanya imaji imaji yangsukses mejangkit kepalaku."Salam ya buat ibumu" Katakanbahwa dia sukses mempecundangiidealisku yang kritis, persis di depanmukaku yang berlapis sesal, ironiyang nyarisKamu sadis, seperti mulut ibumuTak keliru, kamu calon sosialitayang magisdan tak mungkin berjodoh denganpenulisyang hidup dari butir-butir katayang hampir habis
"Salam ya buat ibumu" Katakanbahwa akumenagih cinta yang dihidupkannya didadakuyang dengan sepihak, dihentak dan ditolaksetelah banyak berontak, kini ia retakGadis itu hanya tertunduk lesuMenyulam air mata darah yang keluardari danau kata bernama mataJarinya bergetar dan giginya gemertak menahan karma1 Juni 2015bersama beberapa pekerjaan yang direlakan
Ayat yang menjadi judul tersebut memiliki arti yang teramat sangat intens bagi temanku. Karena dari ayat itu, temanku merelakan--menyerahkan, apa yang dia miliki, untuknya. Eloi eloi lama sabachthani.
Sabda tentang Kehadiran Yesus yang Kedua Kalinya
"..akan ada yang datang dari timur pegunungan dengan pucuk berwarna putih. Membawa perdamaian bersamanya, mengajarkan cara berdoa yang baru. Orang-orang kelaparan akan dikenyangkan. Orang-orang sakit akan percaya, lalu sembuh atas dasar imannya. Pengikutnya akan semakin bertambah seiring dia melewati satu daerah ke daerah lain. Tuhan ku, Tuhan mu dan kita, Tuhan yang satu yang menciptakan kita, bukan Tuhan yang kita ciptakan, akan menyertainya."
Menulis itu ...
Jadi ...
Artikel ini sebagai pengganti salah satu cerita yang selalu update tiap bulan. Niatnya oh niatnya setidaknya akhir Mei 2015 sudah selesai. Tapi menurutku, aku tidak janji dan kurang berani untuk publish cerita itu. Karena apa .. ?
Karena, satu. Cerita susah selesai. Sebabnya aku menaruh dialog disitu. Dan dialog adalah salah satu kelemahanku dalam menulis. Kepiawaianku menulis dan membuat cerita di blog ini biasanya tentang keluh kesah atau cerita tentang pengalaman. Mengajak pembaca aktif berpikir bahwa dari tulisanku, aku mengajak pembaca berkomunikasi. Entah sudah begitu atau dalam tahap seperti itu aku kurang mengerti, karena kalian pembacanya.
dua. Akhir Mei 2015 adalah minggu terakhir. Minggu terakhir yang menjadi awal Ujian Praktek kenaikan tingkat ku di kampus ini.
Kenapa awal Mei tidak dicicil?
Bro, menulis tidak semudah itu. Kelihatannya menulis itu gampang. Mudah kalau pekerjaan mu sebagai penulis. Ibaratnya begini. Kamu sering mencaci maki guru, dosen, atau pengampu mu kan? Pengajar yang selalu memaksa kita untuk mahir apa yang dia ajarkan. Guru kimia selalu menuntut kita untuk mendapat nilai bagus di mata pelajarannya. Sedangkan kita masih dituntut pengampu fisika, sutradara teater, pelatih futsal dan berbagai macam kesibukan kita. Aku, berharap aku bisa menyelesaikan tulisan itu jika aku penulis. Harapanku, menulis satu artikel tiap bulannya, kemudian ku tumpuk jadi satu lalu ku ajukan ke publisher, semoga jadi novel. Pikirku......
Ada juga alasan dimana penulis selalu membutuhkan ritual. Ada penulis yang butuh rokok sebelum menulis. Itu yang simpel. Rumitnya, sampai ada pujangga yang harus dan meminta mesin ketik untuk melanjutkan maupun menghasilkan karya. Nah, aku, di segi ini, menulis dengan caraku, harus menulis dengan template blogger. Dan mungkin lagu tentu yang paling berpengaruh. Terkadang sepi sampai ramai band pengisi playlist lagu ku juga pengaruh.
Lalu ....?
Lalu untukmu, teman, menulis ada cara yang dasarannya kamu miliki. Id. Bukan Ide. ID. Identity. Ada penulis yang selalu memiliki inspirasi tentang cinta dan komedi, Raditya Dika misalnya. Atau perbedaan dan cinta yang menyemenye warna merah jambuajingan, Dwikaliantahulah orangnya. Atau Ayu Utami dalam seri Bilangan Fu yang mengisahkan tentang protes 98 (pada masa nya). Djenar Maesa Ayu, dengan sexist nya. Edgar Allan Poe, dengan cerita thriller, phsyco-analitik nya. Aku, (yang kata teman ku) seluruhnya tentang penyesalan hidup, kematian, serta kemurungan pada tokohnya.
ID, identity, itu bisa didapat dari refleksi hidup. Jadi gini, aku sosok orang yang susah mendapat apa yang aku ingin. Tidak gampang jika aku menginginkan sesuatu. Aku harus bermimpi, preparing, berjuang, lalu gagal. Lalu biasanya, tahap selanjutnya, legowo. Aku orang yang sudah terlalu legowo untuk menerima bahwa apa yang aku inginkan tidak bisa kudapat. Jadi wajar-wajar saja aku membuka olx.co.id lalu cuma seperti sekedar melihat galeri sebuah pameran virtual. Yang keywords apa di situ hanyalah sekedar pepinginan ku.
Jadi misal, kamu adalah sosok yang--anggaplah--mengerti wanita. Dari banyak mendengar curhat teman-teman perempuan mu, menasehati segala permasalahan yang ditanyai oleh mereka. Tapi kisah cintamu tidak bisa segampang yang kamu bilang ke teman teman curhat mu.
Misal lho bro............
Udah yee? Besok (28 Mei) Mulai ujian praktek mesin.
Van Gogh diatas Paramount Bed
"Mahesa, kamu harus kuat ya..."
Ngecesan..
"Ah enggak. Ibuk tu lagi nabung buat aku kuliah. Kerja, lalu beli sendiri."
Lelaki yang Hidungnya Lepas
mesakne opo pekok? aku.
wedokan-mari-wedokan-mari-wedokan-mari-wedokan-janji-mari-keluarga-agama-mari-mari-waras-waras-tresna-tresna-tresna-wedok.
Aborsi
Kuba dan Jenny
di mutilasi tapi
bukan waktu di rahim
tapi di angan angan
dipermalukan
ketika diremehkan, aku akan membuktikan. ketika aku dipermalukan, aku akan tertawa. tertawa yang makin keras ketika aku dipermalukan. karena aku dipermalukan. malu. malu, kan? lalu aku merasa diriku lucu. karena dipermalukan. malu, kan? malu. lalu? lalu aku tertawa lagi makin lantang..
Narkotika Cahaya
Cahaya adalah ganja dan heroin
bagi serangga-serangga kecil
Mas, kencingi aku
Di depan toilet, termangu petugas kebersihan yang menunggu dengan muka memelas tapi ambigu. Di muka pintu WC pria, dan terbiasa mencium bau dari urinoir yang sudah dari dulu tak tergantikan, sampai-sampai keramik di urinoir tersebut berkerak oleh kerasnya berbagai macam cairan yang keluar dari banyak penis lelaki yang mampir di terminal itu. Mulai dari kencing atau mungkin saja nanah raja singa yang sering mampir di hotel sebelah terminal. "Sanggar pakenthon niku, mas.."
Tapi dia sudah terbiasa dengan bau keras garam itu. Bahkan baginya bau kencing itu sudah sebagai oksigen baginya, walaupun masih amoniak bagi khalayak umum.