Dari teman ku yang kehilangan ceria nya sekian waktu lalu.
-teruntuk gadis yang sepihak-Aku melihat gadis kecilmenggenggam ketidakpastian mendongkrak di bawah pohon randuSeperti kukenal garis dan air mukanyaTatap kosongnya melemparkan akupada luka menahun yang menepuk-nepuk pipi dan mimpi"Salam ya buat ibumu" Katakanbahwa si pecundang kalah, kinimakin payah dalam sesahIbumu mujur, karena hukum jujur,dia meninggalkan akuKamu manis, seperti janji ibumu.Tak keliru, janji lahir jadi gadisdengan lubang farji.Kukira dulu kita bisa selamanya,tak tahunya itu hanya imaji imaji yangsukses mejangkit kepalaku."Salam ya buat ibumu" Katakanbahwa dia sukses mempecundangiidealisku yang kritis, persis di depanmukaku yang berlapis sesal, ironiyang nyarisKamu sadis, seperti mulut ibumuTak keliru, kamu calon sosialitayang magisdan tak mungkin berjodoh denganpenulisyang hidup dari butir-butir katayang hampir habis
"Salam ya buat ibumu" Katakanbahwa akumenagih cinta yang dihidupkannya didadakuyang dengan sepihak, dihentak dan ditolaksetelah banyak berontak, kini ia retakGadis itu hanya tertunduk lesuMenyulam air mata darah yang keluardari danau kata bernama mataJarinya bergetar dan giginya gemertak menahan karma1 Juni 2015bersama beberapa pekerjaan yang direlakan
Agustinus Rangga
Ayat yang menjadi judul tersebut memiliki arti yang teramat sangat intens bagi temanku. Karena dari ayat itu, temanku merelakan--menyerahkan, apa yang dia miliki, untuknya. Eloi eloi lama sabachthani.
"Inilah Ibumu"
Yohanes, murid kesayangan Yesus,
diserahkan ke Ibunya.
Maria.