Menulis itu ...

Jadi ...

Artikel ini sebagai pengganti salah satu cerita yang selalu update tiap bulan. Niatnya oh niatnya setidaknya akhir Mei 2015 sudah selesai. Tapi menurutku, aku tidak janji dan kurang berani untuk publish cerita itu. Karena apa .. ?

Karena, satu. Cerita susah selesai. Sebabnya aku menaruh dialog disitu. Dan dialog adalah salah satu kelemahanku dalam menulis. Kepiawaianku menulis dan membuat cerita di blog ini biasanya tentang keluh kesah atau cerita tentang pengalaman. Mengajak pembaca aktif berpikir bahwa dari tulisanku, aku mengajak pembaca berkomunikasi. Entah sudah begitu atau dalam tahap seperti itu aku kurang mengerti, karena kalian pembacanya.

dua. Akhir Mei 2015 adalah minggu terakhir. Minggu terakhir yang menjadi awal Ujian Praktek kenaikan tingkat ku di kampus ini.

Kenapa awal Mei tidak dicicil?
Bro, menulis tidak semudah itu. Kelihatannya menulis itu gampang. Mudah kalau pekerjaan mu sebagai penulis. Ibaratnya begini. Kamu sering mencaci maki guru, dosen, atau pengampu mu kan? Pengajar yang selalu memaksa kita untuk mahir apa yang dia ajarkan. Guru kimia selalu menuntut kita untuk mendapat nilai bagus di mata pelajarannya. Sedangkan kita masih dituntut pengampu fisika, sutradara teater, pelatih futsal dan berbagai macam kesibukan kita. Aku, berharap aku bisa menyelesaikan tulisan itu jika aku penulis. Harapanku, menulis satu artikel tiap bulannya, kemudian ku tumpuk jadi satu lalu ku ajukan ke publisher, semoga jadi novel. Pikirku......

Ada juga alasan dimana penulis selalu membutuhkan ritual. Ada penulis yang butuh rokok sebelum menulis. Itu yang simpel. Rumitnya, sampai ada pujangga yang harus dan meminta mesin ketik untuk melanjutkan maupun menghasilkan karya. Nah, aku, di segi ini, menulis dengan caraku, harus menulis dengan template blogger. Dan mungkin lagu tentu yang paling berpengaruh. Terkadang sepi sampai ramai band pengisi playlist lagu ku juga pengaruh.

Lalu ....?
Lalu untukmu, teman, menulis ada cara yang dasarannya kamu miliki. Id. Bukan Ide. ID. Identity. Ada penulis yang selalu memiliki inspirasi tentang cinta dan komedi, Raditya Dika misalnya. Atau perbedaan dan cinta yang menyemenye warna merah jambuajingan, Dwikaliantahulah orangnya. Atau Ayu Utami dalam seri Bilangan Fu yang mengisahkan tentang protes 98 (pada masa nya). Djenar Maesa Ayu, dengan sexist nya. Edgar Allan Poe, dengan cerita thriller, phsyco-analitik nya. Aku, (yang kata teman ku) seluruhnya tentang penyesalan hidup, kematian, serta kemurungan pada tokohnya.

ID, identity, itu bisa didapat dari refleksi hidup. Jadi gini, aku sosok orang yang susah mendapat apa yang aku ingin. Tidak gampang jika aku menginginkan sesuatu. Aku harus bermimpi, preparing, berjuang, lalu gagal. Lalu biasanya, tahap selanjutnya, legowo. Aku orang yang sudah terlalu legowo untuk menerima bahwa apa yang aku inginkan tidak bisa kudapat. Jadi wajar-wajar saja aku membuka olx.co.id lalu cuma seperti sekedar melihat galeri sebuah pameran virtual. Yang keywords apa di situ hanyalah sekedar pepinginan ku.

Jadi misal, kamu adalah sosok yang--anggaplah--mengerti wanita. Dari banyak mendengar curhat teman-teman perempuan mu, menasehati segala permasalahan yang ditanyai oleh mereka. Tapi kisah cintamu tidak bisa segampang yang kamu bilang ke teman teman curhat mu.

Misal lho bro............




Udah yee? Besok (28 Mei) Mulai ujian praktek mesin.

Leave a Reply