Orang di Kerumunan

Lelah sudah. Apek sudah. Pening sudah. Pagi sudah.

Hari sabtu kemarin sebenarnya ada dua acara yang sudah teragendakan. Malam keakraban dan nonton ben-benan. Tiba-tiba agenda pertama kandas sudah. Yudhis tiba-tiba gak mood dan lebih memilih main PES13, yah namanya barengan--moodnya juga buyar bareng. Memang motivasi awal ikut malam keakraban hanya untuk dikenal adik kelas dari sekolah homogen cewek satu itu. Namanya juga membangun relasi, atau setidaknya investasi masa depan? Siapa tau ada adik kelas perempuan rabun yang tertarik dengan wajah tampan tua ini. Tapi karena Altair lebih memuaskan birahi saya daripada adik kelas betina bermuka iguana itu, saya berpaling untuk menemani Altair menerima perintah dari Al Mualim dan Buearu di masing-masing kota. Sudah lupakan kalau gak ngerti.

Agenda kedua, melepas adrenalin.
Malam kemarin adalah malam dimana aku sudah lunas memenuhi cita-cita untuk tetap diam di tengah-tengah kerumunan yang sedang moshing, kerasukan. Sebuah adrenalin yang kagol. Karena tubuh ini--otak ini memaksa ketakutan akan hantaman-hantaman itu untuk hilang. Cuma sedikit paranoia dengan keadaan saat band puncak malam kemarin berkumandang, karena jelas mungkin ada hantaman atau kaki yang menjelajah hingga kepala ini dari belakang. Arma-goddamn-motherfuckin-geddon.
Animo-animo fans yang semakin lama semakin meracuni keindahan karya-karya yang mereka ciptakan, juga meracuni bahkan membuatku cukup untuk di opname 3 minggu atas ulah fans bedebah-bedebah itu. Pikiran yang mungkin tercipta,

"WAH! Kalo nggak tau band ini, kalo gak punya merchandise band ini, kalo gatau lagunya berarti nggak gaul!"

Dasar tahi kuda! Mereka ... kuharap mereka tahu diri.
Saya penikmat karya, kami penikmat karya.



WOW,



Pengecut.

Leave a Reply