Sajak Kematian

Kematian memang menakutkan,
Dokter berkata "lima,"
suster menundukkan kepala,
tanda ketakutan atas kematian.

Terkadang,
masalah-masalah yang datang
menguji kesiapan mental
Terlalu bersedih
atas situasi yang selalu menguji,
sang bocah berteriak "TAHI!!"

Penyakit menjadi katalisator,
perlahan menjadi tumor.

"Mungkin mati muda lebih baik,
dua puluh satu kurang satu hari kurasa cukup."
 Tetesan air mata atau peluh karena ketakutan sulit dibedakan,
giginya gemertak, badannya panas-dingin.
Hampir collapse!
Busa putih kemerahan keluar,
busa campur darah,
racikan yang tepat oleh tubuh tua itu
seakan memberikan kesan sangar dalam sebuah kematian,
meskipun bocah itu masih enam belas, tanggal empat belas bulan ini.

Penyakit menjadi katalisator,
perlahan menjadi tumor.

Kecerobohan pengendara
pengalaman yang sangat sengsara.
Di satu sisi dia menginginkan kematian itu,
kematian tabu
Hanya tertawa gila,
melihat tetesan darah,
cairan nanah.
Mungkin dia menjadi objek pariwisata,
para pengendara lain hanya linglung melihatnya.
Dimana mereka semua?
kehadiran mahkluk sosial cuma sebatas slogan

Penyakit menjadi katalisator,
perlahan menjadi tumor.

Xavier Daniswara

Leave a Reply