Dustentine's Day

Cerahnya pagi berbeda.
Kicau burung, kokok ayam tak ada.
Ada apa? Masih subuh kah?

Benda halus ini mengusik,
sama seperti kau bersisik.
Halus, kesat, mematikan.
Apa ini? Pasir kah?

Abu dimana-mana
Apa? Atau malah siapa?
We are only dust in the wind, kan?
Siapa yang mati?
Saja, Siapa saja?

Kabung berkabung,
gunung tidak lagi merenung.

Ini pertama kali hujan abu yang kualami, setelah sebelumnya gempa yang kurasakan (yang kukira vertigo ku kambuh). Mengingat kondisi seperti ini, aku mencari masker. Tapi sepertinya tidak terlalu berguna. Masker yang kupakai terlalu kecil untuk hidung panjangku ini. Marilah menyatu dengan alam.

Banyak orang yang bercanda, lalu menerima teror cyber-bullying. Karena menurutku, salah satu alasan kenapa mereka tetap bercanda di saat bencana, mereka cuma ingin mengurangi tekanan atas ketakutan kemungkinan kematiannya.


Valentine pagi,

Pengecut

Leave a Reply