Intinya, kita harus saling menerima.

Pernahkah kamu terlalu takut, sampai-sampai kau menjadi orang lain? Duapuluhenam Februari, kuakui aku gila. Malam itu, aku bertemu seorang gadis yang menyukaiku, dan aku juga berkeputusan untuk menyukainya. Bahkan membuat dirinya menjadi gadis yang aku cintai sampai akhirnya.
Aku lah tipe orang yang bisa membuat orang yang menyukaiku menjadi sangat menyukaiku. Terima kasih untuk gen Bapak dan Ibuk yang saling bergabung. Tapi aku ini hanya apalah..
Di pertemuan malam itu, kami dekat. Entah kenapa aku bukanlah aku saat itu.

"Kenapa e?" tanyanya. Kala itu aku mencuri pandang dan mata kami dipertemukan di suatu ruang hampa. "Kita selalu tersenyum ketika mata kita saling bertemu."

"Haha.. Mata kita saling berbicara." senyumnya lagi. Senyumnya tidak manis, tapi dia yang manis. Gadis itu bukan tipe perempuan yang dipandang indah oleh lelaki lain. Tidak, kecuali Ayahnya dan diriku.

"Tidak. Matamu lebih dari berbicara. Matamu juga mendengar, sedangkan mataku tuli." ucapku, setelah dia bisa membaca semua hal tentangku dari bola lendir rapuh ini. Dan setelah semua hal yang kami lakukan sebelumnya, Truth Game.

"Kenapa kamu ga bisa membaca aku?" tanyanya lagi polos. "Entahlah.." mungkin bio Twitternya yang berkata ketika aku melihat, aku berpikir sangat luas memang sahih dan benar adanya.

Gadis itu hampir memiliki semua yang aku punya. Sifat, kebiasaan, pergaulan. Itu kenapa dia dan aku sering mengatakan "Kita sehati.." Aku suka ini, dia juga. Dia suka itu, aku juga suka tapi tidak terlalu. Dia gadis yang istimewa untukmu!! Ya, dia istimewa. Tapi ketakutan terbesarku di dunia ini adalah diriku. Pernahkah kamu membayangkan ketika kamu takut akan dirimu, dan ada orang yang mirip denganmu? Aku ketakutan, aku tidak bisa mengingkari kalau aku menyukai dan takut terhadapnya. Dia terlalu spesial, shit.

Apa? Ada hal yang ganjil dengan foto negative yang di BW, Threshold kan? Apa kamu tidak bisa menikmati keindahannya? Menurutmu, apa itu indah? ... Ya, cuma bekal untukmu berpikir.


Banyak orang berkata, "Carilah Tuhan ketika kamu kebingungan." Nggih, aku nggoleki Gusti. Dimana orang jawa memanggil Tuhan dengan sebutan Gusti, seperti bangsa Yahudi memanggil Tuhan dengan sebutan YHWH, sebuah nama yang sulit diucapkan, karena Tuhan pun juga sulit ditemukan. Aku mencari Gusti di kos-kosan nya. Malam itu, kira-kira pukul 10 malam lewat. Temanku, bernama Gusti. Aku pikir dia sosok yang memang berpikiran jejeg. Pengalamannya imannya terlalu banyak. Refleksinya terlalu mendalam. Gambling orangtua nya terbayar ketika mereka memutuskan untuk memanggil anak mereka dengan sebutan spesial orang Jawa terhadap Tuhan.

Aku bercerita bahwa aku adalah sosok yang lebih memilih pesimis. Banyak orang bilang pesimis adalah hal negatif. Nay. Positifnya, orang pesimis akan memikirkan hal yang terburuk sebelum dia melakukan suatu hal. Lalu aku bercerita tentang gadis yang kutemui malam itu. Juga tentang diriku yang ada di dalam dirinya, yang sangat kutakuti itu.

"Nek kowe wis mutuske yen kowe seneng de'e, yowis di tampa! Jare pesimis memikirkan hal terburuk?" ungkapnya. Bayangkan Tuhan menjawab dengan ngotot seperti Gusti? Gusti Almighty saat ini, bukan Bruce Almighty ataupun Nara Almighty.

"Satu hal sing aku entuk saka bakul es ning resto PKL kae cuk.. Kowe ra bakal nemu pasangan sing sempurna nggo kowe. Kuwi sebab e, aku nyembah-nyembah njaluk kontak wedok sing tak delete. Kuwi mau! Awan kuwi mau!"

Betapa bodohnya aku. Aku sekarang ingin mencoba menerima apapun tentang gadis itu.

"Kowe kudu ngerti exposition ku tentang pacaran nggo ujian praktek bahasa inggris mau. Pacaran itu bukan mencari, tepatnya saling mengenal. Menyatukan dua individu dengan ideologis yang berbeda (bahkan bertubrukan), menjadi suatu komitmen diantara kedua insan itu."

"Nah saiki kowe meh piye?" Tanyanya mengembalikan seluruh kekuasaan kembali ke diriku. Lalu, aku ingin menerima. Tapi yang masih kubingungkan.. Bagaimana caranya aku tidak takut akan diriku yang berada dalam dirinya?

Lucu sekali ya? Ada istilah semesta mendukung. Dimana semesta akan mempersiapkan segalanya lalu mendukung capaian kita. Dan apabila semesta amat sangat gaul, dia (semesta) memiliki akun media sosial dan kebetulan melihat post ini, aku harap dia berkenan.

Pagi dimana semua hal mulai terlupakan
27 Februari pagi,

Pengecut

Leave a Reply