Surat Terbuka untuk Menteri Pendidikan

Persiapan kami sudah mantap dalam menjalani Ujian Nasional 2014. Mulai dari mental sampai teknis pengerjaan soal-soal. Di awal Kemendikbud menyampaikan "kisi-kisi yang sama dengan tahun lalu," yang membuat kami para pelajar SMA angkatan 2014 belajar dari soal-soal tahun lalu bahkan membeli berbagai macam buku Siap UN 2014 dengan label kecil bertuliskan "sesuai dengan kisi-kisi" di pojok kanan atas seperti biasanya terlihat. Kami rajin meneliti ulang apabila ada satu cuil rumus yang terlupakan.


Tidak cuma dari siswa, guru-guru juga sudah menyiapkan pengajaran yang kami rasa sebagai penyempurnaan kegiatan belajar mengajar tahun lalu (angkatan di atas kami) agar nantinya nilai sempurna dapat di syukuri oleh kami para siswa, guru maupun sekolah tempat kami menimba ilmu. Suatu kebanggaan tersindiri apabila sekolah mendapatkan rerata yang bagus di provinsi. Saya bersekolah di salah satu sekolah swasta favorit di Sleman, dan sekolah saya mendidik keras tentang kejujuran dalam pengerjaan. Itu sebabnya sekolah kami tidak tergiur oleh tawaran soal-soal UN yang sudah terlebih dulu bocor, dibanding sekolah-sekolah yang sudah terekspos oleh pers dan televisi ataupun yang belum terkespos tentang penggunaan bocoran soal yang (katanya dibeli) seharga 10 juta sampai 15 juta. Untuk bukti tentang transaksi, saya tidak bisa memberikan karena saya cuma salah satu dari sepasang telinga yang mendengar dari orang-orang yang sudah melakukan hal busuk itu.


Sebenarnya ini cuma satu dari segelintir keluh kesah yang tertatahkan di media internet dikarenakan Ujian Nasional yang terlihat begitu membebani angkatan kami. Saya termasuk orang yang tak acuh untuk pendidikan karena memang saya tidak merasa sreg dalam menjalani pendidikan yang terasa konyol ini. Tapi setelah mendengarkan curahan hati teman-teman angkatan 2014 tentang eksperimen-eksperimen yang selalu dilakukan terhadap angkatan kami, saya mulai tergerak. Tentang UASBN yang pertama kali dilakukan untuk SD angkatan kami, tentang UN SMP dengan 5 paket soal berbeda juga diperuntukkan untuk angkatan kami, serta yang terakhir UN SMA dengan 20 paket soal, serta soal berstandar internasional, apalagi kisi-kisi yang melenceng dan jujur kami merasa tersinggung akan kebijakan Menteri Pendidikan yang baru memberi info akan standar yang dipakai dalam soal itu baru setelah para siswa selesai mengerjakan dan mengumpat atau menangis atau gelo atau semakin pasrah ataupun tertawa meratapi nasib.

Diperkuat oleh alasan-alasan beberapa orang yang mendukung saya menulis surat terbuka ini, saya mencari berbagai macam referensi yang bisa saja untuk menjatuhkan posisi Menteri Pendidikan, tapi bukan maksud saya untuk menjatuhkan. Kami cuma meminta pertanggungjawaban akan Ujian Nasional yang diadakan di masa pekan suci Katolik, bahkan Ujian Nasional lebih dalam hal menjadi objek umpatan daripada Yudas Iskariot di misa yang akan diadakan Hari Jumat Agung (kematian Isa).

1. KASKUS
Ada salah satu akun yang menyempatkan diri berkeluh-kesah resah-mendesah, sharing akan Ujian Nasional yang sangat-sangat terkutuk.
Jika anda menyempatkan untuk meng-klik, foto itu akan mengantarkan anda ke thread tersebut, yang juga lengkap dengan sarkasme-sarkasme oleh para pemuda-pemudi sebaya dengan saya. Dan saya juga terkejut melihat pembelaan diri oleh Bapak Menteri:

Kami bisa memaklumi pembelaan nomor satu, dua dan nomor tiga. Lalu pembelaan nomor empat tentang "Soal yang belum ditemui dalam latihan," ? Berarti selama ini Try Out dan segala macam tes penjajakan itu cuma omong kosong?

Lantas, untuk apa kami beli segala macam buku-buku SIAP UN 2014 kalo ternyata penerbit juga tidak tahu-menahu akan soal yang disiapkannya berbeda dengan UN 2014 kelak?

Kalau Soal tentang Jokowi dikoar-koarkan perkara permainan politik, apakah soal yang berbeda di Buku SIAP UN juga merupakan permainan bisnis antara Kemendiknas dengan semua penerbit? Kami memang sulit mengerjakan "Olimpiade Internasional 2014" ini tapi kami merupakan generasi yang kritis.

Selanjutnya pembelaan nomor lima: "Adik2 yang sudah belajar tekun, kami yakin bisa mengerjakan meskipun sulit." BANG! Anda mengakui soal tersebut sulit, pada akhirnya. Jangan meremehkan angkatan kami. Kami merupakan angkatan yang tertekan akan banyaknya countdown, dan segala macam psy-war. Seperti Countdown Pemilu Legislatif, yang kami banyak yang dipaksa menjadi Pemilih Perdana tanpa tahu apapun politik. Countdown segala macam televisi tentang piala dunia yang semua orang nanti-nanti. Dan segala macam acara televisi yang membodohi kami. Saya yakin, saya hanya satu dari banyak orang yang tidak pernah menonton televisi (selain di warung makan dekat rumah atau kos-kosan) karena memberatkan untuk belajar.

Kami yakin bisa dalam mengerjakan karena angkatan sebelum-sebelum kami selalu mengatakan
"Tenang aja, UN lebih gampang dari yang kalian kira."

"Santai, try out cuma menakuti kalian. UN gampang kok."
Faktanya, angkatan kami terlalu terbuai dan kami terlalu yakin. Lalu apa yang akan angkatan kami katakan saat UN tahun depan yang akan dikerjakan adik-adik kelas kami?

"Santai aja, kamu ga bakal lulus."

"Tenang, UN emang susah jadi kalian bangganya waktu Try Out aja."

"Menteri pendidikannya lucu kok, santai aja. Kalian akan terhibur." 
 Bla-bla-bla..

2. UN mencerdaskan atau pembodohan?
Ada satu website yang juga sepertinya berpikiran seperti saya. Tapi bedanya saya capek membaca ratusan baris itu tanpa gambar lain. Ya namanya anak muda. Penulisnya adalah Erma Alfaritsi, Sekdept Kebijakan Publik KAMMI Bandung. Silahkan baca:



3. Petisi di Change.org
Saya menemukan satu petisi tentang penghapusan Ujian Nasional. Petisi itu lahir oleh para tetua cerdas, banyak jabatan "Prof." yang muncul di artikel tersebut. Petisi tersebut lahir dikarenakan Indonesia tetap tidak bergerak walaupun tetap membuat Standar Internasional di Ujian Nasional ini. Dan fakta yang paling saya benci adalah:

Saya adalah salah satu orang yang suka tersinggung jika Malaysia berada diatas Indonesia. Dan dalam perbandingan 3 tabel tersebut, Indonesia selalu berada di bawah. Tepuk tangan sarkasme untuk kemajuan pendidikan Indonesia..
Kalau ingin berpartisipasi, silahkan klik artikel tersebut.


Sepertinya surat terbuka ini semakin melenceng menjadi ajakan bagi teman-teman. Tapi tak apalah.
Saya minta maaf, apabila jabatan "Menteri Pendidikan" terlalu diolok-olok di surat terbuka ini. Tapi kami angkatan 2014 memerlukan kepastian dalam nasib kami. Jangan sampai ada berita: "Angkatan SMA 2014 lebih produktif, karena langsung memilih bekerja daripada mengulang Paket C."

Di dalam ketakutan, selalu ada banyak lelucon yang semata-mata sebagai penenang mental saat masa UN itu.

1. Menteri Pendidikan M. Nuh memang perlu di beri Air Bah. (dari kisah Nabi Nuh)
2. Saya waktu UN jawabannya cuma ngawur dua soal! Yaa, yang lainnya kira-kira~
3. Kata Mario Teguh lebih baik mendapat nilai 6 dengan usaha keras. Lha ini nilai 6 sampai kah?

Leave a Reply