Dulu 2, sekarang 1. Revolusi.

Ada banyak hal yang tertulis di artikel ini. Mungkin mayoritas tulisan disini hanyalah keluh-kesah belaka akhir-akhir ini. Ada banyak hal yang membuat banyak orang prihatin akhir-akhir ini. Konkret nya? Terlalu banyak countdown yang dilakukan Indonesia (terlebih media di Indonesia). Mulai dari countdown entertain seperti World Cup, hitung mundur pemilu yang aku yakin belum tentu sesuai dengan asas-asas yang di sepakati suatu hari itu. Dan hal yang paling penting bagi teenagers di bulan April ini... Hitung mundur ujian nasional. Umpatilah dirimu sendiri, ketika anda seorang remaja berusia sekitar 17 sampai 19 tahun (sembilanbelas untuk para pengecualian) dan anda sedang membaca artikel ini di awal April (sebelum tanggal 14), Anda membuang-buang waktu. Mirisnya, saya lebih membuang waktu.

Hal lain mengenai, mengapa artikel di blog ini semakin jarang update:
Tolong mengertilah, aku sedang dalam tekanan oleh countdown yang dicecarkan oleh setiap orang di negara ini berbahasa ini. Salah satu alasan lain, aku terlalu gaptek. Aku tidak mengerti perkembangan terakhir because I uninstalled Twitter (aku memakai bahasa inggris, karena bahasa Indonesia sedikit wagu ketika di campur-campur), padahal satu-satunya aplikasi yang bisa untuk sharing artikel-artikel di blog ini adalah Twitter. Facebook sudah basi. Whatsapp, hanya orang konyol. BBM? Mungkin cuma sekedar chatting sudah cukup. LINE! Asalkan sadar, aplikasi itu sudah berubah menjadi spammer dunia sosial media. Karena banyaknya aplikasi games di bawah asuhan LINE. Instagram? Tolonglah.. Itu tidak lucu.
Beberapa teman bilang, aku perlu sharing di sosial media seperti Path. Masalahnya, aplikasi itu terlalu membunuh ponsel yang aku miliki saat ini. Apalagi ada teman yang menyarankan untuk publish di Ask.fm, dan aku langsung balik bertanya apakah dia sehat..

Dan jalan terakhir kembalilah ke asal. Karena manusia tidak boleh serta-merta melawan kodrat untuk kembali ke asal. Seperti anak yang akan kembali ke pelukan Ibu. Seperti gadis yang kembali ke memori indah bersama kekasihnya.


Celetukan tentang gadis di kalimat terakhir di atas segitiga hitam itu, mengingatkanku bahwa sebenarnya ada seorang gadis yang membujukku untuk menulis lagi di sela-sela kesibukanku. Anehnya, gadisku ini tidak terbiasa membaca tulisan-tulisan serta kalimat panjang seperti ini. Lalu Ia memilih untuk menenangkan otaknya, lalu tertidur.

Gadis ini.. Gadis yang..
Sebenarnya aku ingin berduet untuk menulis artikel ini. Karena sejatinya dia memiliki kosakata yang lebih banyak daripada ku. Aku mengakuinya, karena setiap random moment, She had sent something that will make me melted. Lihat? Aku sadar ada yang hancur dengan grammar ku. Tapi gadis ku, dia lebih.

Berkaitan dengan judul itu, sang gadis lah yang menyarankan. Karena kedua dari kami menemukan banyak kesamaan. Ibaratnya kamu menyukai cermin. Seperti puisi The Strange Feeling to Love Ourself.




Aku kehabisan kata-kata karena waktu penulisan artikel ini PC yang kugunakan untuk mengerjakan artikel ini mendadak error. Tapi, masih ada beberapa artikel untuk gadis ini. Soon.

Leave a Reply