Tempe Batas

Tempe Patas? Bukan. Tempe Batas itu cuma istilah baru yang kubuat. Sebenarnya judul itu adalah Tahu Batas, mengerti akan batasan-batasan tertentu. Jangan sampai batas itu kau lampaui dan membuat orang risih dengan apa yang kau lakukan.

Kenapa Tempe? Andai semua hal mempunyai dasar yang sama seperti manusia, mereka akan memiliki rasa yang sama seperti yang kita miliki, dan Tempe akan mempunyai perasaan dominan iri. Iya lah! Tempe adalah hasil produksi dari kacang kedelai dalam proses pertama. Proses kedua adalah Tahu, selanjutnya gembus, lalu susu kedelai, lalu makanan babi. Dari sini kacang kedelai merupakan hal yang bermanfaat. Tempe adalah turunan pertama dari kacang kedelai, Tahu turunan Tempe dan seterusnya. Jelas yang seharusnya di prioritas kan untuk pertama adalah Tempe bukan Tahu, dalam segi gizi, dalam segi hasil produksi.

Alasan lain kenapa Tempe iri, karena dia tidak di-variatif-kan daripada Tahu. Coba lihat pedagang-pedagang yang menjual beragam variasi dari Tahu. Ada Tahu susur, tahu yang berisi sayur-sayur semacam wortel dan tauge. Tahu bakso, jelas berisi bakso tapi tanpa kuah dan tanpa mi. Ini kan suatu hal yang sangat nonsense untuk Tempe! Tahu itu 'kopong'. Ibaratnya ada dua pegawai, sebut saja A dan B. Si A produktif dan si B otaknya 'kopong' tapi unik. Lalu Bos memilih si B dan mempekerjakan di berbagai lini perusahaan. Sedangkan si A 'nelangsa' dengan keadaannya.


Intro yang terlalu panjang? Biarkan.

Kalau bingung, maka kembalilah kita dengan istilah Tahu Batas. Seseorang yang tahu batas tentu akan mengerti sampai mana dia harus berkelakuan. Misal, orang yang sudah capai, ngantuk, tidak boleh dipaksa belajar. Pemaksaan yang dilakukan itu cenderung menyiksa dirinya. Jika orang ngantuk itu sudah sampai menjelaskan alasan mengapa dia mengantuk dan masih saja kau memaksa, lebih baik anda segera mencari rel kereta terdekat lalu berbaring disana sampai kau melihat tubuhmu sendiri dari angkasa.
Bodohnya begini:

  • Orang yang sudah kembung, janganlah kau beri makanan.
  • Orang yang sudah lelap, jangan kau bangunkan.
  • Orang yang sedang khusyuk, jangan kau ajak dugem.
  • Orang yang sedang bosan, jangan kau ajak bertapa

Aku menemukan dua referensi bagus dari dua website pribadi, satu milik Tegar Refa Wisesa dan satunya milik Ilham Rizqi. Oh, ya. Kalau ingin melihat blog nya, sudah di mirror kok. Tinggal klik foto nya, sudah di auto-direct.

Terbagus menurutku milik Ilham Rizqi, karena artikelnya berjudul Tahu Diri, Tahu Batas lebih universal dan menjelaskan dalam kata-kata menakjubkan menurutku..
http://ilhamrizqi.com/2014/04/tahu-diri-tahu-batas/

Benar kan? Aku tidak kecewa menampilkan artikel miliknya disini.


Sedangkan milik Tri atau Refa atau Wis atau Sesa atau siapalah dia, perlu kuberi beberapa revisi yang benar menurutku.
http://trwisesa.blogspot.com/2012/11/kenali-batas-kemampuanmu.html
Saat membaca aku merasa tersinggung, karena pernyataan tentang pengecut yang dia cantumkan di artikel tersebut tidak benar di mata ku.
Pengecut selalu mencari alasan yang tidak-tidak dari kegagalannya, Iya.. Tapi,
Pengecut tidak musti bersolusi kosong atas kegagalannya. Pengecut juga punya solusi-solusi yang jelas. Selain itu, poin pertama tidak benar. Orang yang selalu menyerah tanpa mencoba terlebih dahulu itu bukan Pengecut, tapi pecundang. Jika tidak jadi mencoba terlebih dahulu, itu karena Pengecut justru memikirkan lebih berpikiran ke depan dan memikirkan hal terburuk yang bisa terjadi.

Lalu ada artikel lain tentang "Batasan dalam Komedi".
http://trwisesa.blogspot.com/2012/11/batasan-dalam-sebuah-komedi.html


DAAAAAAAN SELESAAII! Sudah terlalu lelah aku menatap monitor, sudah terlalu lelah berpikir saat dini hari seperti ini. Intinya,
Tidak semua orang berkemampuan sama sepertimu. Tempe Batasmu, Tempe Batasnya.
-mengingat malam di saat semua acara yang kau atur menjadi bubrah

Leave a Reply